Kendati identik dengan makanan barat, steak atau steik sudah memiliki banyak penggemar di Indonesia. Awalnya, daging sapi panggang ini memang tergolong makanan mewah dan hanya disajikan di hotel-hotel berbintang. Namun, kesan itu hilang seiring maraknya kafe atau restoran yang menjajakan steik. Bahkan, tak sedikit gerai steik skala kaki lima bermunculan di pinggir jalan. Kendati sudah menjamur, toh steik tetap diburu konsumen. Tak heran, bila pengusaha makanan ini terus bermunculan.Bahkan banyak di antara mereka yang menawarkan waralaba atau kemitraan. Tawaran kemitraan terbaru datang dari Bedi Miracle Corporation yang berkantor pusat di Yogyakarta. Sebelumnya, Bedi Miracle telah dikenal sebagai pewaralaba Quick Chicken, sebuah restoran yang menghadirkan menu olahan ayam goreng.Sebagai pendatang baru di bisnis steik, Bedi Miracle menawarkan kemitraan restoran steik bernama Huma Ribs, Steak & Shake. Nana Priyatna, Franchise Manager Bedi Miracle bilang, Huma Ribs mengusung konsep family resto. Usaha ini berdiri sejak 7 Januari 2012 dan langsung menawarkan kemitraan. "Sebab, saat gerai Huma dibuka saat itu pula ada permintaan menjadi mitra," ujar Nana.Restoran ini menawarkan steik Iga sebagai salah satu menu unggulannya. Guna menarik pembeli, Huma Ribs memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk meracik dan mengolah sendiri beberapa menu yang dipesannya.Dalam tawaran kemitraan ini, Huma Ribs mematok investasi Rp 262 juta. Biaya itu sudah termasuk kerja sama lima tahun, peralatan, desain interior, pelatihan karyawan, dan pendampingan kegiatan operasional selama sebulan.Nana memperkirakan, mitra bisa meraup omzet Rp 118 juta per bulan. Dengan royalty fee 5%, ia mengestimasi, mitra balik modal dalam waktu 17 bulan sampai 24 bulan.Huma menyajikan puluhan variasi menu dengan harga mulai Rp 7.500-Rp 25.000 per porsi. Dengan harga yang relatif terjangkau, Huma Ribs membidik pasar keluarga, pelajar, dan pekerja. Saat ini, menurut Nana, Huma telah memiliki 4 gerai. Dua milik sendiri dan sisanya kepunyaan mitra. "Gerai kami ada di Yogyakarta, dan mitra di Semarang," lanjutnya.Ia berharap, Huma mampu menjadi market leader di kelasnya, serta dapat melebarkan sayap untuk ekspansi ke seluruh daerah. "Kami targetkan 40 gerai tahun ini," katanya.Pengamat waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, prospek bisnis steik di Indonesia masih cukup bagus. Sebagai makanan asing, steik cukup familiar dengan cita rasa lidah orang Indonesia. “Dari segi perhitungan investasi dan balik modal, tawaran ini cukup realistis,” tukas Erwin.Namun, mengingat usaha ini masih relatif baru, franchisor perlu meningkatkan brand usahanya itu. "Butuh waktu untuk membangun kepercayaan dari mitra," ujarnya. Bedi Miracle Corporation Jl. Raya Mejing Wetan No. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta Telp 0274-6497391Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tawaran usaha steik harga kaki lima
Kendati identik dengan makanan barat, steak atau steik sudah memiliki banyak penggemar di Indonesia. Awalnya, daging sapi panggang ini memang tergolong makanan mewah dan hanya disajikan di hotel-hotel berbintang. Namun, kesan itu hilang seiring maraknya kafe atau restoran yang menjajakan steik. Bahkan, tak sedikit gerai steik skala kaki lima bermunculan di pinggir jalan. Kendati sudah menjamur, toh steik tetap diburu konsumen. Tak heran, bila pengusaha makanan ini terus bermunculan.Bahkan banyak di antara mereka yang menawarkan waralaba atau kemitraan. Tawaran kemitraan terbaru datang dari Bedi Miracle Corporation yang berkantor pusat di Yogyakarta. Sebelumnya, Bedi Miracle telah dikenal sebagai pewaralaba Quick Chicken, sebuah restoran yang menghadirkan menu olahan ayam goreng.Sebagai pendatang baru di bisnis steik, Bedi Miracle menawarkan kemitraan restoran steik bernama Huma Ribs, Steak & Shake. Nana Priyatna, Franchise Manager Bedi Miracle bilang, Huma Ribs mengusung konsep family resto. Usaha ini berdiri sejak 7 Januari 2012 dan langsung menawarkan kemitraan. "Sebab, saat gerai Huma dibuka saat itu pula ada permintaan menjadi mitra," ujar Nana.Restoran ini menawarkan steik Iga sebagai salah satu menu unggulannya. Guna menarik pembeli, Huma Ribs memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk meracik dan mengolah sendiri beberapa menu yang dipesannya.Dalam tawaran kemitraan ini, Huma Ribs mematok investasi Rp 262 juta. Biaya itu sudah termasuk kerja sama lima tahun, peralatan, desain interior, pelatihan karyawan, dan pendampingan kegiatan operasional selama sebulan.Nana memperkirakan, mitra bisa meraup omzet Rp 118 juta per bulan. Dengan royalty fee 5%, ia mengestimasi, mitra balik modal dalam waktu 17 bulan sampai 24 bulan.Huma menyajikan puluhan variasi menu dengan harga mulai Rp 7.500-Rp 25.000 per porsi. Dengan harga yang relatif terjangkau, Huma Ribs membidik pasar keluarga, pelajar, dan pekerja. Saat ini, menurut Nana, Huma telah memiliki 4 gerai. Dua milik sendiri dan sisanya kepunyaan mitra. "Gerai kami ada di Yogyakarta, dan mitra di Semarang," lanjutnya.Ia berharap, Huma mampu menjadi market leader di kelasnya, serta dapat melebarkan sayap untuk ekspansi ke seluruh daerah. "Kami targetkan 40 gerai tahun ini," katanya.Pengamat waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, prospek bisnis steik di Indonesia masih cukup bagus. Sebagai makanan asing, steik cukup familiar dengan cita rasa lidah orang Indonesia. “Dari segi perhitungan investasi dan balik modal, tawaran ini cukup realistis,” tukas Erwin.Namun, mengingat usaha ini masih relatif baru, franchisor perlu meningkatkan brand usahanya itu. "Butuh waktu untuk membangun kepercayaan dari mitra," ujarnya. Bedi Miracle Corporation Jl. Raya Mejing Wetan No. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta Telp 0274-6497391Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News