JAKARTA. Beberapa tahun lalu, istilah frozen yoghurt atau froyo mungkin masih terdengar asing bagi telinga Anda. Keadaannya sudah berbeda kini, lewat kehadiran beragam froyo di jaringan pusat perbelanjaan kota-kota besar. Presiden Direktur PT Kuliner Nusantara Sejahtera Indonesia (K-Food) Ardantya Syahreza bilang, pertumbuhan konsumsi froyo di Indonesia per tahun besarnya 15%. Jika dibandingkan negara-negara lain, negeri Kincir Angin yakni Belanda ada di urutan teratas. Mulai tahun ini, Sour Sally, yang pertama kali hadir pada 2008, membuka kesempatan kepada masyarakat luas untuk berwaralaba melalui Sour Sally Mini. "Konsep Sour Sally Mini yang lebih hemat ini ditujukan untuk segmen middle class atau harga mahasiswa," jelas Ardantya, yang bertanggung jawab sebagai master franchisor. Anda perlu merogoh kocek sebesar Rp 220 juta untuk membuka satu outlet Sour Sally Mini. Jumlah Rp 50 juta guna franchise fee selama 5 tahun, dengan Rp 170 juta untuk pembangunan outlet, pembelian mesin dan peralatan-peralatan awal. Semua itu di luar di biaya sewa lokasi, serta biaya variabel yang besarnya tentu berbeda-beda seperti gaji karyawan, bahan baku, serta biaya operasional. Sebagai perbandingan, biaya untuk membangun gerai Sour Sally layaknya di mal-mal berkisar Rp 500 juta. Jika ditambah biaya lain seperti renovasi total dan peralatan awal, Anda perlu mengeluarkan dana Rp 700 juta. Sejak 2012 sendiri, Sour Sally Mini telah hadir di Jakarta, Bekasi, Bandung, Solo, dan Palembang, dengan total 7 outlet. Namun semuanya diurus oleh Presiden Direktur PT. Berjaya Bersama Sally (Sour Sally) Donny Pramono. Nantinya, outlet-outlet Sour Sally Mini yang akan berdiri menjadi milik investor masing-masing. Namun, untuk ragam promosi dan tawaran (dari kartu kredit sebuah bank misalnya), outlet Sour Sally Mini akan tetap terintegrasi dengan gerai Sour Sally lain. Adapun, outlet Sour Sally Mini dikembangkan dengan ukuran lebih kecil dibanding gerai Sour Sally umumnya. Outlet Sour Sally Mini berukuran 3x3 meter persegi (m2). Donny memperkirakan tiap outlet dapat meraih Rp 35-40 juta per bulan, dengan catatan posisinya di lokasi strategis. "Di titik-titik yang dekat keramaian seperti di depan supermarket, food court, bioskop, kampus." Ardantya bilang, tidak tertutup kemungkinan outlet Sour Sally Mini di kemudian hari hadir di taman, bahkan Taman Impian Jaya Ancol. Bila omzet sebesar itu dapat dicapai, break even point modal Anda akan terjadi dalam waktu 20-22 bulan. strong>Dengan Rp 220 juta, siap untuk buka Sour Sally Mini
br />
JAKARTA. Beberapa tahun lalu, istilah frozen yoghurt atau froyo mungkin masih terdengar asing bagi telinga Anda. Keadaannya sudah berbeda kini, lewat kehadiran beragam froyo di jaringan pusat perbelanjaan kota-kota besar.
br />
Presiden Direktur PT Kuliner Nusantara Sejahtera Indonesia (K-Food) Ardantya Syahreza bilang, pertumbuhan konsumsi froyo di Indonesia per tahun besarnya 15%. Jika dibandingkan negara-negara lain, negeri Kincir Angin yakni Belanda ada di urutan teratas.
br />
Mulai tahun ini, Sour Sally, yang pertama kali hadir pada 2008, membuka kesempatan kepada masyarakat luas untuk berwaralaba melalui Sour Sally Mini. "Konsep Sour Sally Mini yang lebih hemat ini ditujukan untuk segmen middle class atau harga mahasiswa," jelas Ardantya, yang bertanggung jawab sebagai master franchisor.
br />
Anda perlu merogoh kocek sebesar Rp 220 juta untuk membuka satu outlet Sour Sally Mini. Jumlah Rp 50 juta guna franchise fee selama 5 tahun, dengan Rp 170 juta untuk pembangunan outlet, pembelian mesin dan peralatan-peralatan awal. Semua itu di luar di biaya sewa lokasi, serta biaya variabel yang besarnya tentu berbeda-beda seperti gaji karyawan, bahan baku, serta biaya operasional.
br />
Sebagai perbandingan, biaya untuk membangun gerai Sour Sally layaknya di mal-mal berkisar Rp 500 juta. Jika ditambah biaya lain seperti renovasi total dan peralatan awal, Anda perlu mengeluarkan dana Rp 700 juta.
br />
Sejak 2012 sendiri, Sour Sally Mini telah hadir di Jakarta, Bekasi, Bandung, Solo, dan Palembang, dengan total 7 outlet. Namun semuanya diurus oleh Presiden Direktur PT. Berjaya Bersama Sally (Sour Sally) Donny Pramono. Nantinya, outlet-outlet Sour Sally Mini yang akan berdiri menjadi milik investor masing-masing. Namun, untuk ragam promosi dan tawaran (dari kartu kredit sebuah bank misalnya), outlet Sour Sally Mini akan tetap terintegrasi dengan gerai Sour Sally lain.
br />
Adapun, outlet Sour Sally Mini dikembangkan dengan ukuran lebih kecil dibanding gerai Sour Sally umumnya. Outlet Sour Sally Mini berukuran 3x3 meter persegi (m2). Donny memperkirakan tiap outlet dapat meraih Rp 35-40 juta per bulan, dengan catatan posisinya di lokasi strategis. "Di titik-titik yang dekat keramaian seperti di depan supermarket, food court, bioskop, kampus." Ardantya bilang, tidak tertutup kemungkinan outlet Sour Sally Mini di kemudian hari hadir di taman, bahkan Taman Impian Jaya Ancol.
br />
Bila omzet sebesar itu dapat dicapai, break even point modal Anda akan terjadi dalam waktu 20-22 bulan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News