Tawarkan kupon tinggi, surat utang terbaru SMF bakal diminati para investor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi dan sukuk mudharabah baru milik PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF dinilai akan diminati banyak investor usai dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (5/7).

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya menyampaikan, tingginya kupon atau imbalan pada masing-masing seri membuat instrumen surat utang milik SMF memiliki daya tarik yang tinggi di mata investor.

Sebagai catatan, obligasi terbaru SMF terdiri dari Seri A, Seri B, dan Seri C. Seri A memiliki imbalan sebesar 7,50% dengan tenor 370 hari sejak tanggal emisi. Seri B memiliki imbalan sebesar 8,50% dengan tenor 3 tahun. Sedangkan Seri C memiliki imbalan sebesar 8,75% dengan tenor 5 tahun.


Adapun sukuk mudharabah menerapkan nisbah sebanyak 90,20% dari pendapatan yang dibagihasilkan dengan indikasi bagi hasil sebesar ekuivalen 7,50% per tahun dan waktu jatuh tempo 370 hari.

Seluruh seri ini bahkan menawarkan tingkat imbalan yang lebih tinggi dibandingkan yield Surat Utang Negara (SUN) untuk tenor 10 tahun. Mengutip Bloomberg, yield SUN seri acuan 10 tahun per hari ini Jumat (5/7) bertengger di level 7,18%.

“Di tengah tren penurunan yield SUN, obligasi korporasi ini mampu menawarkan kupon premium kepada investor,” kata Edbert, hari ini.

Tambahan lagi, obligasi dan sukuk mudharabah ini mendapat peringkat idAAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia, sehingga potensi gagal bayar relatif rendah. Status SMF sebagai BUMN juga dapat menambah daya tarik bagi para investor, utamanya investor dari institusi seperti asuransi atau dana pensiun.

Namun, Edbert tetap mengingatkan, status BUMN yang disandang SMF bukan pertanda bahwa obligasi dan sukuk mudharabah ini dapat diperlakukan lebih spesial dibandingkan surat utang korporasi lainnya. Ini mengingat BUMN tetaplah sebuah perusahaan yang rekam jejak dan prospek kinerja keuangannya patut untuk terus diperhatikan oleh para investor.

“Negara pun tak punya kewajiban untuk menanggung biaya apabila sewaktu-waktu obligasi dari BUMN ini terjadi gagal bayar,” ungkapnya.

Terlepas dari itu, Edbert menilai, kupon obligasi korporasi ke depan akan ikut mengalami penurunan seperti tren yang terjadi pada yield SUN.

Maka dari itu, investor yang memiliki kebutuhan instrumen obligasi korporasi dapat melakukan pembelian sejak dini agar bisa mendapat kupon yang relatif tinggi dan stabil hingga jatuh tempo. “Dengan begitu investor tak perlu berpusing mencari surat utang dengan kupon tinggi saat suku bunga acuan benar-benar turun,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .