KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah menargetkan penerimaan pajak pada tahun depan mencapai Rp 2.189,3 triliun. Target ini naikĀ 13,9% jika dibandingkan dengan outlook 2024. Di tengah peningkatan target tersebut, pemerintah Indonesia masih dihadapkan pada pekerjaan rumah (PR) untuk meningkatkan tax ratio atau rasio pajak. Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak DJP Kemenkeu Nufransa Wira Sakti mengakui bahwa rendahnya tax ratio Indonesia menjadi tantangan dalam mengumpulkan penerimaan pajak.
Bahkan, Nufransa mengakui tax ratio Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Baca Juga: Target Penerimaan Pajak 2025 Cetak Rekor, Kepatuhan Wajib Pajak Jadi Kunci "Saat ini Indonesia tengah mengalami berbagai tantangan dalam penerimaan pajak. Sebagaimana kita tahu tax ratio kita masih kecil bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita," ujar Nufransa dalam acara Arah Kebijakan Perpajakan di Era Pemerintahan Kabinet Merah Putih, Selasa (12/11). Berdasarkan catatan KONTAN, dalam beberapa tahun terakhir, tax ratio Indonesia masih mengalami fluktuatif. Pada tahun 2018, tax ratio Indonesia berada pada angka 10,24%. Angka ini kembali merosot pada tahun 2019 sebesar 9,76% dan 2020 menjadi 8,33%. Seiring dengan pelonggaran aktivitas masyarakat, tax ratio pada tahun 2021 mulai mengalami peningkatan menjadi 9,11%. Dan pada tahun 2022, tax ratio kembali mengalami peningkatan menjadi 10,38%. Di tahun 2022, posisi tax ratio Indonesia ini hanya lebih baik dari Laos (9,46%), Myanmar (5,78%) dan Brunei (1,30%) serta jauh di bawah Thailand (17,18%), Vietnam (16,21%) dan Singapura (12,96%). Dalam kesempatan tersebut, Nufransa juga mengatakan bahwa pemerintah akan meluncurkan sistem Coretax yang diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi petugas pajak maupun Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. "Seiring dengan upaya kita untuk meningkatkan kepatuhan pajak, kami juga tengah berfokus pada reformasi perpajakan yang lebih modern, digital dan berbasis data," katanya.
Baca Juga: Waspada, Defisit APBN 2024 Berpotensi Melebar Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati