Tayangan 3D nyaman tanpa kacamata



Teknologi televisi berkembang dengan cepat. Para produsen televisi berlomba untuk mengembangkan teknologi yang semakin memudahkan. Salah satu terobosan dan inovasi yang cukup menonjol terdapat pada produk televisi tiga dimensi (3D). Yang terbaru, kini Anda bisa menikmati kecanggihan 3D tanpa harus memakai kacamata khusus (glasses less).

Pekan lalu, teknologi 3D tanpa kacamata khusus ini diperkenalkan oleh Toshiba. Televisi Regza RZ1 dari produsen elektronik asal Jepang itu menawarkan inovasi baru lantaran televisi dengan layar light emitting diode (LED) itu tak perlu menggunakan alat tambahan berupa kacamata jika penonton ingin menikmatinya.

Rizki Irwansyah, Assistant Senior Marketing Manager PT Toshiba Visual Media Network Indonesia mengatakan, tayangan 3D pada Regza RZ1 bisa dinikmati tanpa kacamata lantaran ada Regza Engine Cevo Duo S yang menghasilkan gambar 9 parallax atau panel layar. "Gambar 9 parallax itu diproyeksikan pada panel Quad Full HD melewati lensa-lensa lentikular yang kemudian diteruskan ke mata secara berkesinambungan dan menciptakan efek 3D," katanya.


Menurut Rizki, televisi 3D tanpa kacamata mengutamakan efisiensi orang dalam menonton. Tanpa kacamata, orang lebih nyaman menikmati tayangan televisi. Maklum, banyak keluhan, menikmati tayangan 3D dengan kacamata dalam waktu lama justru membuat kepala pening.

Pasar terus berkembang

Meski belum ada produsen elektronik lain yang menerapkan teknologi seperti Toshiba, beberapa sudah mencoba memberi kenyamanan bagi konsumennya. PT Hartono Istana Teknologi (HIT), produsen elektronik merek Polytron, misalnya, melengkapi televisi LED 3D dengan kacamata yang tidak dilengkapi baterai sehingga tak perlu diisi ulang (charge). "Kacamatanya lebih ringan dan nyaman dipakai," tutur Santo Kadarusman, Public Relations & Marketing Event Manager PT Hartono Istana Teknologi.

Begitu pula dengan LG Electronics Indonesia (LGEIN), belum lama ini, produsen elektronik asal Korea Selatan itu meluncurkan LG Cinema 3D Smart TV yang menggunakan kacamata 3D Film Patterned Retarder (FPR). Kacamata ini membuat kedua mata dapat menangkap sinyal tayangan 3D secara bersamaan sehingga tidak menyebabkan mata cepat lelah.

Meski produsen televisi 3D gencar menawarkan inovasi teknologi terbaru, menurut Ag Rudyanto, Ketua Electronic Marketer Club (EMC), kesuksesan sebuah produk ditentukan oleh konsumen. "Konsumen akan mencoba dan menentukan mana yang lebih cocok karena tiap produk punya keunggulan dan kelemahannya," katanya.

Sejauh ini, pasar televisi 3D masih sangat kecil. Penjualan televisi 3D kurang dari 5% dari total penjualan televisi di Indonesia. "Meskipun pasarnya kecil, tapi trennya terus naik," ungkap Rudyanto. Salah satu pemicunya adalah semakin bertambahnya tayangan film dan games 3D.

Terry Putera Santoso, Product Marketing Flat Panel Display TV LGEIN mengatakan, berdasarkan data Growth for Knowledge (GfK), awalnya, total penjualan TV 3D di Indonesia hanya sekitar 5.000 hingga 6.000 unit per tahun. Tapi, di tahun 2011, penjualan TV 3D meningkat hampir 10 kali lipat atau sekitar 45.000 unit.

Santo yakin, setelah televisi LCD menggeser TV tabung, dan LED menggeser LCD, era selanjutnya adalah era televisi 3D. "Setelah 3D tidak menutup kemungkinan ke 4D," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari