Taybeh Beer: Bir Palestina untuk Yahudi dan Muslim



KONTAN.CO.ID - DW.Aturan makan umat Yahudi yang disebut "kosher" lebih ketat lagi dari aturan "halal" kaum Muslim. Jadi tidak mudah memproduksi makanan dan minuman yang memenuhi kategori kosher. Tapi bagi Taybeh Brewing Company, ini bukan masalah. Perusahaan ini memasok bir versi kosher untuk warga Yahudi dan juga bir tanpa alkohol buat warga Muslim.

Perusahaan bir Taybeh didirikan tahun 1994 oleh keluarga Nadim Khoury dari Palestina. Produk pertamanya dilempar ke pasaran, tidak lama setelah Perjanjian Oslo I dari tahun 1993 ditandatangani. Perjanjian itu membuka jalan bagi terbentuknya sebuah negara Palestina.

Impian Nadim Khoury adalah, memasarkan bir asli Palestina untuk Negara Palestina yang berdaulat. Gagasan ini mendapat sambutan hangat dari tokoh besar gerakan Palestina saat itu, Yasser Arafat. Itulah cerita yang sering dia sampaikan kepada pengunjung pabrik birnya.


25 tahun kemudian, warga Palestina tetap belum memiliki negara sendiri, tetapi Perusahaan Bir Taybeh semakin besar. Nama Taybeh diambil dari sebuah distrik di Ramallah, tempat pabrik bir itu didirikan. Selain itu, Taybeh bisa juga berarti "enak". Sebuah permainan kata-kata yang cerdik dan lahir dari benak Nadim Khoury.

Satu merek bir untuk semua

Ada enam jenis bir yang diproduksi untuk pasar domestik dan pasar ekspor: yakni bir terang, bir gelap, putih, emas, kuning dan bir bebas alkohol untuk kaum Muslim. "Semua jenis bir ini diproduksi dengan kontrol ketat sesuai Aturan Kemurnian Bir yang berlaku di Jerman", kata Nadim Khoury.

Enam puluh persen birnya dijual di kawasan Tepi Barat, Sekitar 30 persen dikirim ke ke Israel, dan 10 persen sisanya diekspor ke Spanyol, Inggris, Chili, Jepang, Jerman dan Amerika Serikat.

Israel selalu menjadi pasar penting untuk bir Taybeh. Sejak awal, sertifikasi kosher resmi dari seorang rabbi membuka jalan pemasaran bir ke kawasan Yahudi.

Bagi Nadim Khoury, Taybeh bukan hanya bir, melainkan suatu kontribusi kecil untuk hidup damai berdampingan. Taybeh bisa menghimpun orang-orang Israel dan Palestina – Yahudi, Muslim dan Kristen. Untuk penganut Islam, ada bir bebas alkohol yang halal. Lebih 90 persen penduduk di sekitar lokasi pabrik beragama Islam.

"Orang-orang mengambil setiap kesempatan untuk bisa santai," kata Nadim Khoury yang berusia 59 tahun. "Dengan atau tanpa alkohol, sebotol bir akan membuat orang rileks dan melupakan politik untuk sementara waktu."

Kontribusi bagi perdamaian

Salah satu acara yang tepat untuk mencicipi "bir rasa Palestina" Taybeh adalah selama perayaan Oktoberfest, tradisi pesta bir Bavaria yang juga paralel digelar setiap tahun di Palestina. Pengunjung berduyun-duyun mendatangi pesta ini, dari seluruh Tepi Barat dan Israel, dan juga dari Eropa dan Amerika Serikat, kata Khoury. Jadi bir ini menyatukan orang, kata Khoury, dan "dapat berkontribusi pada perdamaian juga."

Tapi ada juga pihak yang menentang bir Taybeh. Kelompok Hamas melarang produk-produk bir ini, termasuk bir yang bebas alkohol.

Produksi bir juga terpengaruh oleh situasi politik. Sebelum gerakan Intifada Kedua dari tahun 2000 hingga 2005, penjualan bir mencapai dua kali lipat dari sekarang. Tembok pemisah yang dibangun Israel dan pos-pos pemeriksaannya di Tepi Barat juga merupakan penghalang bisnis. "Hingga hari ini, kami hanya dapat mengekspor bir kami ke luar negeri melalui Israel," kata Nadim Khoury.

Terlepas dari semua rintangan, dia dengan bangga mengatakan, produksi Taybeh sekarang mencapai 600.000 liter bir per tahun. Selain bir, Taybeh juga memproduksi minuman anggur.

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti