TBIG kurangi saham beredar



JAKARTA. Setelah membeli kembali saham (buyback), kali ini PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mengurangi modal ditempatkan dan disetorkan. Proses pengurangan modal tentunya dengan mengubah angaran dasar TBIG.

Setelah proses ini selesai, modal ditempatkan dan disetor berubah dari Rp 479,6 miliar menjadi Rp 453,1 miliar atau berkurang sebesar Rp 26,5 miliar. Namun untuk modal dasar perseroan nilainya tetap yaitu sebesar Rp 1,44 triliun.

Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure, Helmi Yusman Santoso memaparkan sebelum melakukan pengurangan modal, TBIG telah lebih dulu melakukan buyback 265 juta saham yang beredar di market. Selanjutnya, salah tersebut dihentikan peredaranya.


“Jadi, pengurangan modal ini tidak mengubah apa-apa, karena sahamnya sudah kami buyback ,” ujar Helmi kepada KONTAN, Rabu (28/12).

Malah ini dampaknya akan positif kepada pemegang saham. Sebab, semakin sedikit jumlah lembar saham yang beredar di masyarakat, dividen per lembar saham dan laba per lembar saham akan lebih besar.

Selain itu, proses ini juga tidak akan mengganggu neraca keuangan dan rasio utang sebab sudah memiliki treasury stock sejak lama. “Sudah kita akumulasi selama beberapa tahun,” ungkap Helmi.

Jadi meskipun ada pengurangan modal, kata Helmi itu tidak akan mengganggu kelangsungan usaha. Tercatat, net profit margin TBIG pada tahun ini yaitu 35%, tentunya di tahun depan angka ini akan terus tumbuh.

Tahun depan, perusahaan penyewaan tower telekomunikasi ini menargetkan 2.000 – 3.000 penyewa, tentunya sebagian akan masuk pada co-location yaitu penyewaan yang masuk pada menara yang sudah ada dan sebagian akan membangun menara baru sesuai keinginan pelanggan. Tentunya modal kerja (capital expenditure) yang disediakan sebesar Rp 1 triliun - Rp 2 triliun dan ini tergantung jumlah menara yang dibangun.

Selain itu pihaknya juga akan membidik menara yang akan dijual oleh pihak operator. Namun hal itu belum bias dipastikan sebab, dari pihak operatornya sendiri belum ada keterangan secara resmi. “Kalau mereka benar mau menjual, tentunya kita tertarik untuk membeli,” tandasnya.

Sementara analis NH Korindo Sekuritas, Bima Setiaji menyampaikan pembangunan menara baru sudah jauh melambat dibandingkan 10 tahun lau. Sehingga, pengurangan modal kerja oleh TBIG tidak akan mengganggu kinerja di masa depan. “Saya rasa TBIG akan fokus pada co-location (penyewaan kongsi). Artinya satu menara di multi-sewa,” jelas Bima.

Di tahun depan, lanjut Bima, seiring dengan penetrasi smartphone tentunya bisnis Tower akan kembali membaik. Apalagi kinerja TBIG sendiri cukup bagus dimana kuartal ketiga perusahaan ini berhasil meningkatkan labanya 43% menjadi Rp 940 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto