TBIG refinancing utang senilai US$ 275 juta



JAKARTA. Di saat nilai tukar masih berfluktuasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) kembali meraih utang berdenominasi dollar Amerika Serikat. TBIG memperoleh pinjaman sindikasi senilai US$ 275 juta.

Dengan nilai tukar rupiah di posisi Rp 13.600 per dollar AS, maka pinjaman itu setara Rp 3,74 triliun. Semula, TBIG mengincar fasilitas pinjaman US$ 200 juta. Lantaran kelebihan permintaan sampai 4 kali, jumlahnya dinaikkan 37,5% dari rencana semula.

Utang sindikasi itu diperoleh dari 10 bank yang masing-masing menyediakan minimal US$ 25 juta. Perjanjian pinjaman diteken pada Senin (9/11) lalu. Bunga pinjaman tersebut setara London Interbank Offered Rate (LIBOR) ditambah 2% dengan biaya di muka sebesar 1,25%.


Utang baru TBIG bertenor 5 tahun 8 bulan. Manajemen TBIG akan menggunakan dana pinjaman itu untuk melunasi fasilitas pinjaman unsecured term dan revolving seri C yang jatuh tempo November 2015.

Pinjaman jangka pendek ini senilai US$ 300 juta. Kemudian bunganya 1,6% di atas LIBOR untuk kreditur dalam negeri dan 1,5% di atas LIBOR untuk kreditur luar negeri.

Pinjaman seri C tersebut merupakan bagian pinjaman sindikasi yang mencapai US$ 1 miliar. TBIG memperoleh utang itu pada 21 November 2014. Rangkaian utang lainnya yaitu pinjaman seri A senilai US$ 400 juta yang jatuh tempo pada Januari 2020 dan seri B senilai US$ 300 juta yang jatuh tempo Juni 2018.

TBIG telah melakukan lindung nilai atau hedging atas pinjaman itu. Semua instrumen derivatif lindung nilai TBIG sesuai dengan jatuh tempo utang. Selain itu, ada perlindungan tambahan dari pendapatan US$ 40 juta per tahun dan kontrak jangka panjang yang dibukukan dalam dollar AS.

"Kami percaya. strategi lindung nilai tepat dan efektif melindungi TBIG dari pergerakan nilai tukar rupiah," tutur Helmy Yusman Santoso, Direktur Keuangan TBIG dalam pernyataan resmi yang diterima oleh KONTAN, kemarin (10/11).

Wakil Direktur Utama TBIG Hardi Wijaya Liong menyebutkan, banyak kreditur berkomitmen menyokong pendanaan TBIG. Sebab, mereka memahami TBIG punya kontrak jangka panjang yang berasal dari operator telekomunikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie