TBIG tancapkan bisnis menara



SEMARANG. Emiten menara, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), terus memanjangkan bisnis menara telekomunikasi. Selama semester pertama tahun ini, TBIG agresif menancapkan menara baru.

Upaya tersebut bertujuan memenuhi target penambahan menara sekitar 2.400 unit. "Sekarang mungkin sudah 70% dari target itu yang terealisasi untuk base transceiver station (BTS)," ungkap Herman Setya Budi, Presiden Direktur TBIG, Kamis (27/7).

Meski mengaku prospek bisnisnya makin moncer, manajemen TBIG belum bersedia membeberkan pendapatan dan laba perusahaan di semester tahun ini. Pertimbangannya, TBIG kemungkinan akan mengubah laporan keuangannya menggunakan treatment accounting yang diberlakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).


Namun, Herman optimistis bahwa kinerja TBIG selama semester pertama tahun ini positif. Proyeksi tersebut beradsarkan pada pencapaian kinerja perusahaan tersebut kuartal pertama tahun ini.

Sebagai gambaran, per 31 Maret 2017, TBIG mencatatkan pendapatan sekitar Rp 956,01 miliar, tumbuh 6,05% dibandingkan dengan pendapatan kuartal I-2016 yang senilai Rp 901,50 miliar. Namun laba bersihnya merosot 63% year-on-year (yoy) menjadi Rp 277,76 miliar.

Membidik akuisisi

Demi menggenjot kinerja keuangan di masa mendatang, manajemen Tower Bersama bertekad menggeber sejumlah ekspansi. Selain melalui ekspansi organik, TBIG berencana menggelar ekspansi anorganik atau menggelar akuisisi perusahaan lain.

Kendati demikian, manajemen TBIG belum mau membukan secara mendetail rencana tersebut. "Kami bukan hanya akan melakukan akuisisi perusahaan menara. Kami juga akan melihat sustainability  untuk menambah nilai perusahaan," ujar Herman. Dia menambahkan, TBIG sudah dua tahun puasa alias tidak melakukan akuisisi.

Ihwal pendanaan, Herman menyebutkan, kini perusahaan itu masih memiliki cashflow yang besar . Per kuartal I 2017, TBIG mencatatkan ekuitas sekitar Rp 1,85 triliun.

Manajemen TBIG juga masih memiliki jatah kredit sindikasi. Plus, sumber pendanaan dari peluang penerbitan obligasi.

Analis JP Morgan, James R. Sullivan mengungkapkan, saat ini TBIG mencatatkan outperformance. "Kemungkinan berasal dari profit dan harga saham yang telah naik hingga 43% year to date (ytd)," ungkap Sullivan dalam risetnya, belum lama ini.

Dia mencatat, pendapatan TBIG dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), relatif dominan. Tak heran, TLKM adalah klien strategis TBIG.

Pertumbuhan organik Tower Bersama saat ini cukup kuat. Di sisi lain, remunerasi pemegang saham juga lancar melalui pembagian dividen.

Dalam setahun terakhir, harga saham TBIG sudah naik 12,61%. Namun selama tiga hari terakhir, saham ini menyusut 2,19% menjadi Rp 6.700 per saham. Saat ini, TBIG mencatatkan kapitalisasi pasar Rp 30,36 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini