TBLA menjajal manisnya bisnis gula



JAKARTA. Persaingan di industri perkebunan kelapa sawit semakin ketat. Agar tak terlempar dalam persaingan, setiap produsen minyak sawit harus jitu menyiasati bisnisnya. Memperluas lini usaha menjadi salah satu pilihan yang ditempuh PT Tunas Baru Lampung Tbk.

Hardy, Sekretaris Perusahaan TBLA, menjelaskan perseroan tahun ini membangun pabrik gula rafinasi di Lampung dengan nilai investasi Rp 500 miliar. Pabrik itu dibangun di Way Lunik, Lampung di atas lahan seluas 4 ha.

Perseroan menargetkan paling telat pembangunan pabrik gula tersebut rampung awal di tahun depan. "Pabrik gula baru akan memberikan kontribusi ke pendapatan pada tahun 2014," ungkap Hardy kepada KONTAN, Kamis (26/7) lalu.


Dia menyatakan saat ini kebutuhan gula rafinasi untuk industri dalam negeri cukup tinggi, sementara pasokan terbilang kurang. TBLA akan memasarkan produknya ke industri makanan dan minuman domestik, yang selama ini merupakan konsumen utama gula rafinasi. "Masuknya Tunas Baru ke bisnis gula karena melihat bisnis gula rafinasi cerah," ungkap Hardy.

Pabrik gula Tunas Baru akan mengolah gula mentah yang diimpor. Bahan baku bakal didatangkan dari Brasil dan Thailand. "Kami masih menjajaki impor gula mentah dari kedua negara itu," ungkap Hardy. Di masa mendatang, bisnis pengolahan gula mentah Tunas Baru akan dikendalikan anak usahanya, yakni PT Adi Karya Gemilang.

PT Pefindo dalam risetnya menyebutkan keputusan merambah industri gula menguntungkan bagi TBLA, mengingat usia panen tanaman tebu lebih cepat dari kelapa sawit. Hal itu bisa menghasilkan margin laba yang lebih tinggi.

TBLA juga masih terus berekspansi di bisnis utamanya, yakni kelapa sawit. TBLA memperluas kebun kelapa sawit di Sumatera Selatan dan Pontianak. Adapun nilai investasinya mencapai US$ 6.000 per ha. "Itu merupakan nilai investasi selama empat tahun," ungkap Hardy.

Tunas Baru tahun ini akan melaksanakan penanaman baru kelapa sawit seluas 4.000 ha hingga 5.000 ha. Di tahun lalu, perseroan memiliki lahan sawit tertanam seluas 55.853 ha. Adapun tanaman menghasilkan TBLA pada tahun ini diperkirakan bertambah 3.000 ha hingga 4.000 ha. Di akhir 2011, tanaman menghasilkan perseroan seluas 40.426 ha.

Pengelola Tunas Baru menargetkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun ini sebanyak 1 juta ton, atau naik 39% dari 2011. Sedangkan produksi CPO diproyeksikan naik 8,18% menjadi 250.000 ton dari 2011. Selain menanam baru, TBLA tengah membangun pabrik kelapa sawit di Palembang Sumatera Selatan dengan kapasitas 225.000 ton per tahun. Pabrik itu akan melengkapi tiga pabrik kelapa sawit sebelumnya yang sudah mampu memproduksi 900.000 ton CPO per tahun.

Pefindo memprediksi konsumsi CPO global tahun ini naik 6,6% year-on-year menjadi 52 juta ton. Di Indonesia, konsumsi minyak goreng kian tinggi, didorong naiknya pendapatan masyarakat dan perkembangan industri makanan dan minuman.

Tak hanya dari sisi produksi, dalam persaingan bisnis di industri kelapa sawit, TBLA juga berusaha meningkatkan servis. Salah satunya meningkatkan kapasitas loading ke kapal lewat pembangunan dermaga di Lampung. Hardy mengatakan saat ini kapasitas loading ke kapal mencapai sekitar 500 ton per jam. Apabila TBLA mengekspor 10.000 ton CPO, maka akan selesai dalam tempo 20 jam sehingga kapal pembeli pun tidak terkena biaya tambahan akibat kelebihan waktu berlabuh (demurrage).

Tunas Baru mematok pendapatan tahun ini Rp 4 triliun, naik 7% dari pendapatan tahun lalu Rp 3,73 triliun. Sedangkan laba bersihnya diproyeksikan Rp 400 miliar hingga Rp 500 miliar. Di tahun lalu, TBLA meraih laba bersih senilai Rp 421 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro