Teater Gandrik pentaskan Para Pensiunan: 2029



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. 'Hidup sebenarnya hanya menunda pensiun. Dan para pensiunan itu ingin menikmati masa tuanya dan menunggu mati yang tenang. Mereka adalah pensiunan Jenderal, Pensiunan Politisi, Pensiunan Hakim dan para pensiunan lainnya.'

Setelah sukses mementaskan Hakim Sarmin pada 2017, Teater Gandrik kembali menyapa penonton seni pertunjukan Indonesia dalam pagelaran yang bertajuk ‘Para Pensiunan: 2049’.

Pementasan ini sudah digelar pada 8-9 April 2019 di Taman Budaya Yogyakarta dan kini bisa dinikmati publik Jakarta pada 25-26 April 2019 di Ciputra Artpreneur Theater.


Djaduk Ferianto selaku sutradara menuturkan, Teater Gandrik menyuguhkan tema-tema sosial yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan “guyon parikena”, yaitu sindiran secara halus, seperti mengejek diri sendiri. 

Seni peran dengan gagasan Teater Gandrik ini, oleh beberapa kritikus, disebut sebagai estetika sampakan, di mana panggung menjadi medan permainan para aktor secara luwes, cair dan cenderung “memain-mainkan karakter”, sehingga tak ada batasan yang jelas antara “aktor sebagai pemain” dengan “watak yang dimainkannya.

"Para personil Teater Gandrik memang tumbuh dalam lingkungan tradisi Jawa yang kental. Lingkungan tradisi inilah yang kemudian banyak memberi warna pada pementasanpementasan Teater Gandrik," ujarnya.

Tradisi itu juga menjadi jalan bagi Teater Gandrik untuk mencari dan pada akhirnya menemukan identitas estetik. Tetapi, seperti dikatakan pula oleh Dr. Faruk, para personil Teater Gandrik juga mengalami modernisasi, yang mengakibatkan mereka memiliki keinginan untuk berbeda dengan generasi sebelumnya, dimana mereka kemudian memasuki sebuah dunia baru yang bernama Indonesia.

Sebagai bagian dari Padepokan Seni Bagong Kussudiardja yang berlokasi di Yogyakarta, Teater Gandrik merupakan kelompok teater Indonesia yang mengolah konsep dan bentuk teater tradisional dengan semangat panggung teater kontemporer.

Teater Gandrik dibentuk 36 tahun lalu di Yogyakarta, tanggal 12 September 1983. Dalam perjalanannya, periode 1980-1990 merupakan tahun-tahun produktif Teater Gandrik.

Ditandai dengan beberapa pementasan, seperti: Pasar Seret (1985), Pensiunan, Sinden (1986) Dhemit, Isyu (1987) Orde Tabung, Juru Kunci, (1988), Upeti, Juragan Abiyoso (1989) yang menjadi bagian penting dari dinamika sosial politik di Indonesia pada masa itu.

Untuk pagelaran Para Pensiunan: 2049, naskahnya disusun oleh Agus Noor dan Susilo Nugroho. Para pemainnya antara lain; Butet Kartaredjasa, Susilo Nugroho, Jujuk Prabowo, Rulyani Isfihana, Sepnu Heryanto, Gunawan Maryanto, Citra Pratiwi, Feri Ludiyanto, Jamiatut Tarwiyah, Nunung Deni Puspitasari, Kusen Ali, M. Yusuf ‘Peci Miring’, M. Arif ‘Broto’ Wijayanto, Muhamad Ramdan, dan Akhmad Yusuf Pratama.

Penasaran? Harga tiket pementasan Teater Gandrik ini mulai Rp 200.000 (bronze) hingga Rp 2.000.000 (Platinum). Informasi dan tiket di www.kayan.co.id dan juga blibli.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto