JAKARTA. Imbas pelambatan ekonomi yang memukul daya beli masyarakat menahan kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Hasilnya, pemimpin pasar sektor konsumer ini hanya membukukan pertumbuhan tipis kinerja semester I-2015. UNVR mencetak pertumbuhan laba 3% pada semester pertama 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 2,93 triliun. Penjualan bersih UNVR naik 7% menjadi Rp 18,80 triliun. Ankga Adiwirasta, Analis BNI Securities, menilai, bisnis sektor konsumer merasakan dampak langsung pelambatan ekonomi yang memukul daya beli masyarakat. Kondisi semakin berat kala nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tahun ini terus terdepresiasi.
"Tahun lalu dollar AS juga tinggi, tapi keadaan masih lebih baik karena daya beli masyarakat masih cukup kuat," jelasnya. Ankga menambahkan, konsumsi masyarakat untuk barang konsumsi seperti makanan dan minuman masih stabil di tengah perlambatan ekonomi. Masyarakat justru mengerem pembelian barang-barang perawatan tubuh. Ini terlihat pada pendapatan UNVR dari segmen food and refreshment yang tumbuh 15% dibandingkan kuartal sebelumnya. Di sisi lain, pendapatan dari divisi home and personal care menurun 7% ketimbang kuartal pertama. Analis Ciptadana Securities Jennifer Natalia Widjaja, dalam risetnya per 31 Juli 2015 menilai, kinerja UNVR tahun ini bakal tertekan lemahnya permintaan. UNVR sulit mengerek harga jual produknya lantaran daya beli masyarakat yang melemah. Belum lagi kompetisi bisnis makanan dan minuman kian sengit dengan masuknya pemain baru seperti Glico. Beruntung, beberapa produk UNVR seperti Rinso, Pepsodent dan Blueband merupakan pemimpin pasar di segmen masing-masing. Menurut Jennifer, pertumbuhan volume penjualan bakal terjaga lantaran UNVR melansir beberapa produk baru, seperti Molto White Musk dan Lux Red Velvet. UNVR juga melansir beberapa produk dengan kemasan kecil guna menyasar konsumen segmen bawah yang paling terkena dampak perlambatan ekonomi. "Ini metode alternatif ketimbang menaikkan harga," ujar Jennifer.