Teddy mulai melirik pasar internasional (3)



Jejaring bisnis Aqualis semakin luas. Jika pada awalnya hanya menggarap pasar Jakarta dan mengembangkan usahanya dengan menawarkan waralaba pada 2007, kini Teddy Tjoegito melirik pasar luar negeri. Seperti Malaysia, Singapura dan Australia. Ia melihat negara-negara itu punya potensi pasar yang besar.Perkembangan usaha Aqualis Fabricare di tahun pertama yang cukup menggembirakan, membuat Teddy Tjoegito semakin yakin dengan pilihan usahanya. Setahun berselang, dia sudah bisa mendirikan dua cabang dan delapan konter kecil.Pada tahun-tahun berikutnya, Teddy memfokuskan pengembangan usahanya di Jakarta. Ia berusaha keras memperkenalkan kualitas layanan dan perawatan pakaian yang menjadi keunggulan usahanya.

Ia juga berupaya menjaga transparansi semua bahan baku yang digunakan. Harapannya, jika pelanggan mengetahui kualitas bahan baku dalam proses pencucian, maka konsumennya yang sebagian besar adalah kalangan menengah atas, merasa lebih puas.Kepuasan itulah yang membuat pelanggan kembali lagi menggunakan jasanya. "Kami janjikan pakaian jadi lebih nyaman dipakai dan lebih lembut," ujarnya, berpromosi. Teddy tak lelah terus mencoba menambah jumlah cabang. Dalam empat tahun ia berhasil menjalankan tiga cabang besar di Jakarta. Lelaki berumur 53 tahun ini memang sengaja memperkuat pasar utama di Jakarta. Setelah yakin pasarnya di Jakarta cukup kuat, dia mulai berekspansi ke luar Jakarta. Teddy kemudian menawarkan konsep waralaba kepada masyarakat. "Konsep waralaba adalah yang paling cocok bagi usaha saya," imbuhnya. Lantaran sedari awal ingin terus mengembangkan usaha waralaba laundry-nya, Teddy benar-benar membangun konsep usahanya secara matang. Ia menyewa konsultan wirausaha untuk membantunya mempersiapkan berbagai urusan peraturan dan perizinan. Maklum, dia melihat administrasi dan perizinan sangat penting. Apalagi jika langkah selanjutnya adalah go international. Ia tidak mau cerita sedih teman-temannya yang gagal membuka usaha di luar negeri kembali menimpanya. Menurutnya, banyak pengusaha Indonesia yang tidak bisa memberi bukti legalitas usaha sehingga terkendala saat merambah pasar luar negeri. Teddy membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun untuk membangun konsep waralaba yang matang. Setelah resmi meluncurkan waralaba Aqualis pada tahun 2007, dia banyak menghadapi kendala dan tantangan. "Salah satunya adalah menularkan semangat berwirausaha kepada mitra," ujarnya. Selain mengirimkan tim khusus, dia kerap turun langsung membantu para mitra dalam hal manajemen usaha. Biasanya, dalam sebulan setelah campur tangannya memperbaiki operasional, pendapatan mitra naik lagi. Saat itulah dia membiarkan mitra menjalankan usahanya lagi.

Setelah empat tahun menawarkan konsep waralaba, menurut Teddy, belum ada satu mitra pun yang gulung tikar. "Harus ada perhatian kepada mitra mengenai apa yang menjadi kendala mereka selama menjalankan usaha," katanya.


Saat ini Aqualis telah memiliki 10 gerai besar yang dijalankan oleh mitra. Selain Jakarta, mitranya tersebar di Lampung, Makassar, Lombok, Jambi dan Surabaya. Sementara, jumlah konter kecil sudah mencapai 80 gerai. Kesuksesan di pasar dalam negeri tak cukup memuaskan Teddy. Karena itu, ia berencana tahun depan akan membuka cabang pertamanya di Malaysia. Ia mengaku akan berhati-hati menjalin kerjasama waralaba atau sejenisnya dalam waktu dekat, terutama untuk cabang luar negeri. Sebab, pengalaman menunjukkan, banyak pengusaha yang mengalami penurunan bisnis setelah izinnya dibeli oleh perusahaan luar negeri. "Itu cara mereka untuk menghentikan ekspansi waralaba kita di luar negeri," tandasnya.Setelah Malaysia, Teddy juga akan menyasar pasar Singapura pada tahun depan. Dua pasar Asia Tenggara itu merupakan langkah awal baginya untuk mengembangkan pasar hingga ke kawasan Australia.

Agar bisnisnya tidak ditiru oleh pesaing, Teddy menyiapkan langkah antisipasi. Salah satunya adalah mengeluarkan produk cairan kimia baru untuk proses laundry setiap satu setengah tahun sekali. "Supaya tak gampang ditiru," tandasnya.(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi