Di bidang usaha pembuatan tas kelom, Teguh Santoso termasuk pemain awal yang mempopulerkan tas tersebut. Ia sudah menekuni usaha pembuatan tas kelom sejak tahun 2010 di bawah bendera Akass Kelom Geulis di Bandung, Jawa Barat. Sebelum memproduksi tas kelom, ia fokus membuat sandal dan sepatu kelom. Pembuatan sandal dan sepatu ini ditekuninya sejak tahun 2008. Saat terjun ke usaha pembuatan tas kelom, Teguh mengaku, tas kelom masih belum begitu populer. "Baru populernya itu setahun terakhir," kata pria berusia 39 tahun ini. Seiring kian populernya tas kelom, order yang diterimanya kian banyak. Dalam sebulan, ia bisa menghasilkan 100-200 tas kelom. Tas itu dipasarkan ke sejumlah daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara di luar negeri, ia sudah memasarkan tas kelom hingga Eropa dan Singapura. Selain buat dipakai sendiri, sebagian pelanggannya di luar negeri merupakan pedagang yang menjual lagi tas buatannya itu. "Tapi jumlahnya tidak banyak," ucap Teguh. Dengan harga jual mulai Rp 150.000 - Rp 250.000 per tas, omzet yang dikantonginya mencapai Rp 40 juta per bulan. Adapun laba bersihnya sekitar 30%.Agus mengaku, tasnya diminati karena dari segi model selalu mencoba menampilkan sesuatu yang baru, dengan modifikasi atas model-model yang sudah ada di pasaran. Selain itu, ia juga membuat tas kelom berdasarkan pesanan atau custom.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Teguh meraup omzet Rp 40 juta dari tas kelom
Di bidang usaha pembuatan tas kelom, Teguh Santoso termasuk pemain awal yang mempopulerkan tas tersebut. Ia sudah menekuni usaha pembuatan tas kelom sejak tahun 2010 di bawah bendera Akass Kelom Geulis di Bandung, Jawa Barat. Sebelum memproduksi tas kelom, ia fokus membuat sandal dan sepatu kelom. Pembuatan sandal dan sepatu ini ditekuninya sejak tahun 2008. Saat terjun ke usaha pembuatan tas kelom, Teguh mengaku, tas kelom masih belum begitu populer. "Baru populernya itu setahun terakhir," kata pria berusia 39 tahun ini. Seiring kian populernya tas kelom, order yang diterimanya kian banyak. Dalam sebulan, ia bisa menghasilkan 100-200 tas kelom. Tas itu dipasarkan ke sejumlah daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara di luar negeri, ia sudah memasarkan tas kelom hingga Eropa dan Singapura. Selain buat dipakai sendiri, sebagian pelanggannya di luar negeri merupakan pedagang yang menjual lagi tas buatannya itu. "Tapi jumlahnya tidak banyak," ucap Teguh. Dengan harga jual mulai Rp 150.000 - Rp 250.000 per tas, omzet yang dikantonginya mencapai Rp 40 juta per bulan. Adapun laba bersihnya sekitar 30%.Agus mengaku, tasnya diminati karena dari segi model selalu mencoba menampilkan sesuatu yang baru, dengan modifikasi atas model-model yang sudah ada di pasaran. Selain itu, ia juga membuat tas kelom berdasarkan pesanan atau custom.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News