Teka-Teki di Balik Kemerosotan Harga Emas



NEW YORK. Selama bertahun-tahun lamanya, investor menganggap emas sebagai komoditas yang tak pernah ada matinya. Banyak dari mereka yang bertaruh, terjadinya krisis finansial akan meroketkan harga emas setinggi mungkin. 

Selain itu, banyak pula investor yang percaya, skenario itu masih akan terus terjadi. Hanya saja, saat ini, kondisinya malah berbalik arah. Setelah sempat menyentuh level US$ 1.000 per troy ounce untuk pertama kalinya pada bulan Maret, harga emas kembali anjlok. Yang membuat investor khawatir, tidak ada tanda-tanda kenaikan harga emas dalam waktu dekat.

Tak heran, banyak pelaku pasar yang mengatakan, pergerakan harga emas belakangan ini sangat mengejutkan.


“Harga emas menjadi teka-teki bagi kami. Pada masa sulit, emas merupakan sarana investasi yang paling baik. Namun, melihat penurunan harga emas yang terus terjadi belakangan ini membuat kami penasaran,” ujar Geoff Farnham, investor emas.

Merosotnya harga emas tersebut juga berdampak pada investasi potofolio. Sejak menyentuh posisi US$ 1.033,39 per troy ounce pada 17 Maret lalu, harga emas sudah anjlok 30%. Pada Senin kemarin, kontrak emas untuk pengantaran bulan Desember naik US$ 8,60 menjadi US$ 726,80 per troy ounce. Angka tersebut hampir sama dengan harga emas pada tahun lalu.

Lebih aman memegang dana tunai

Lantas, apa yang terjadi? Begini penjelasannya. Seiring dengan terjadinya krisis finansial yang kemudian berdampak pada pasar finansial di seluruh dunia, para hedge fund dan investor lain, yang sebelumnya mengincar emas untuk investasi, mulai mengubah haluan.

Mereka lebih memilih untuk memegang dana tunai dan membayar kerugian yang dialami. Hal itulah yang pada akhirnya memukul sektor komoditas, mulai dari minyak, jagung, hingga baja. Nah, emas termasuk di dalamnya. 

Ketimbang memilih emas, investor saat ini lebih memilih aset terbaru yang dianggap safe haven, yakni dana tunai. Kondisi ini yang kemudian mendongkrak nilai dolar terhadap euro dan pounsterling. Permintaan emas pun ikut merosot.

Pertanyaan lainnya adalah, apakah tingginya permintaan perhiasan emas mewah akan berhasil mendongkrak harga emas? Seperti yang diketahui, musim liburan di AS, Asia, dan kawasan lain meningkatkan permintaan akan perhiasan emas.

Para analis memprediksi, perlambatan ekonomi tetap akan berdampak pada penurunan penjualan. “Sepertinya, Natal tahun ini tidak akan baik bagi para penjual perhiasan. Sebab, banyak warga yang kehilangan pekerjaan dan tidak mendapatkan bonus. Bahkan, banyak pula pesta natal yang dibatalkan. Tentu hal ini akan mempengaruhi penjualan perhiasan,” papar Jon Nadler, analis logam mulia di Kitco Bullion Dealers Montreal.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie