SRAGEN. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, daripada hanya merevitalisasi pabrik gula yang usianya sudah ratusan tahun dan meningkatkan harga patokan petani tebu, pemerintah mempertimbangkan untuk lebih baik membangun 10 pabrik gula baru. Langkah itu adalah jalan keluar yang paling tepat untuk meningkatkan produktivitas gula dalan negeri melalui peningkatan rendemen. Pembangunan pabrik gula di Pulau Jawa akan menggunakan dana perbankan dan aset pabrik-pabril gula tersebut. "Jadi, rumusnya 110 untuk pergulaan nasional kita. Lebih tepat membangun 10 pabrik baru yang satu pabrik gula bisa rata-rata memproduksi gula sampai 100 ton per hektar melalui peningkatan rendemen gula 10%. Tidak ada cara lain apakah itu menaikkan HPP (harga pembelian pemerintah) atau lainnya. Kalau menaikkan HPP justru menyuburkan penyelundupan," ujar Kalla saat memberikan arahan terhadap jajaran PTPN XI di Pabrik Gula Mojo, Sragen, Jawa Tengah, Jumat (5/12). Kalla didampingi Menko Perekonomian Sofjan Djalil dan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel serta Ketua Asosiasi Perkebunan Tebu Rakyat Indonesia Arum Sabil. Hadir pula Direktur PTPN IX Adi Prasanto dan direksi lainnya. Menurut Kalla, dengan pembangunan 10 pabrik gula baru, selain meningkatkan kesejahteraan rakyat juga demi kemandirian gula dan menekan biaya produksi dari mesin-mesin tua peninggalan Belanda yang saat ini masih beroperasi. "Kemandiriannya, kita bisa mengurangi impor gula, termasuk impor raw sugar untuk bahan gula refinasi dan rembesan gula rafinasi di masyarakat, serta menaikkan pendapatan petani. Revitalisasi pabrik gula memang pernah kita lakukan beberapa tahun lalu. Tetapi melihat pabrik yang berusia 100 tahun, lebih baik kita membangun pabrik gula baru saja," katanya. Kalla menyatakan, dari 10 pabrik gula tersebut, satu di antaranya adalah di Sragen. "Aset Pabrik Gula Mojo bisa dijual dan dananya untuk membangunj pabrik gula baru di luar kota. Pemerintah akan membantu lewat perbankan. Dalam waktu dua tahun, pabrik gula itu diharapkan bisa diselesaikan," paparnya, seraya meminta Sofyan Djalil melakukan perhitungan dan mencari konsultan terbaik. Untuk mendapatkan dana pembangunan pabrik gula baru, pemerintah akan bekerja sama dengan perbankan. "Kalau dulu neraca keuangan pabrik gula harus sehat, sekarang ini kita tidak usah melihat mana telor dan mana ayam yang harus diprioitaskan. Kita potong saja ayamnya. Kita berikan modalnya dulu agar produktivitas gulanya meningkat dengan cara membangun pabrik gula. Kalau melihat neraca keuangan pabrik gula, mana ada yang sehat," ujarnya saat dicegat pers dalam perjalanan kereta api dari Bojonegoro ke Surabaya, Jumat sore. (Suhartono) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tekan biaya, pemerintah akan bangun 10 pabrik gula
SRAGEN. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, daripada hanya merevitalisasi pabrik gula yang usianya sudah ratusan tahun dan meningkatkan harga patokan petani tebu, pemerintah mempertimbangkan untuk lebih baik membangun 10 pabrik gula baru. Langkah itu adalah jalan keluar yang paling tepat untuk meningkatkan produktivitas gula dalan negeri melalui peningkatan rendemen. Pembangunan pabrik gula di Pulau Jawa akan menggunakan dana perbankan dan aset pabrik-pabril gula tersebut. "Jadi, rumusnya 110 untuk pergulaan nasional kita. Lebih tepat membangun 10 pabrik baru yang satu pabrik gula bisa rata-rata memproduksi gula sampai 100 ton per hektar melalui peningkatan rendemen gula 10%. Tidak ada cara lain apakah itu menaikkan HPP (harga pembelian pemerintah) atau lainnya. Kalau menaikkan HPP justru menyuburkan penyelundupan," ujar Kalla saat memberikan arahan terhadap jajaran PTPN XI di Pabrik Gula Mojo, Sragen, Jawa Tengah, Jumat (5/12). Kalla didampingi Menko Perekonomian Sofjan Djalil dan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel serta Ketua Asosiasi Perkebunan Tebu Rakyat Indonesia Arum Sabil. Hadir pula Direktur PTPN IX Adi Prasanto dan direksi lainnya. Menurut Kalla, dengan pembangunan 10 pabrik gula baru, selain meningkatkan kesejahteraan rakyat juga demi kemandirian gula dan menekan biaya produksi dari mesin-mesin tua peninggalan Belanda yang saat ini masih beroperasi. "Kemandiriannya, kita bisa mengurangi impor gula, termasuk impor raw sugar untuk bahan gula refinasi dan rembesan gula rafinasi di masyarakat, serta menaikkan pendapatan petani. Revitalisasi pabrik gula memang pernah kita lakukan beberapa tahun lalu. Tetapi melihat pabrik yang berusia 100 tahun, lebih baik kita membangun pabrik gula baru saja," katanya. Kalla menyatakan, dari 10 pabrik gula tersebut, satu di antaranya adalah di Sragen. "Aset Pabrik Gula Mojo bisa dijual dan dananya untuk membangunj pabrik gula baru di luar kota. Pemerintah akan membantu lewat perbankan. Dalam waktu dua tahun, pabrik gula itu diharapkan bisa diselesaikan," paparnya, seraya meminta Sofyan Djalil melakukan perhitungan dan mencari konsultan terbaik. Untuk mendapatkan dana pembangunan pabrik gula baru, pemerintah akan bekerja sama dengan perbankan. "Kalau dulu neraca keuangan pabrik gula harus sehat, sekarang ini kita tidak usah melihat mana telor dan mana ayam yang harus diprioitaskan. Kita potong saja ayamnya. Kita berikan modalnya dulu agar produktivitas gulanya meningkat dengan cara membangun pabrik gula. Kalau melihat neraca keuangan pabrik gula, mana ada yang sehat," ujarnya saat dicegat pers dalam perjalanan kereta api dari Bojonegoro ke Surabaya, Jumat sore. (Suhartono) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News