KONTAN.CO.ID - SEOUL. Rencana Samsung untuk meng-
outsource seperlima dari produksi
smartphone-nya ke China tahun depan dapat membantunya bersaing dengan saingan berbiaya rendah seperti Huawei dan Xiaomi. Tetapi menurut orang-orang yang akrab dengan langkah tersebut mengatakan, langkah yang akan diambil ini penuh dengan risiko.
Baca Juga: Kelola 14 WK Panas Bumi, Pertamina dukung listrik nasional Samsung Electronics, yang menutup pabrik ponsel di China pada Oktober silam, diam-diam memindahkan produksi beberapa model Galaxy A ke kontraktor seperti Wingtech, yang sedikit dikenal di luar China. Seorang sumber mengatakan, raksasa teknologi Korea Selatan itu berencana mengirim sekitar 60 juta ponsel buatan China yang disebut
original design manufacturers (ODM) tahun depan dari total 300 juta perangkat. Wingtech dan ODM lainnya membuat ponsel untuk banyak merek termasuk Huawei, Xiaomi dan Oppo. Sehingga memberi mereka skala ekonomi untuk menekan biaya, dan kontraktor yang gesit dapat mengembangkan dan memproduksi ponsel anggaran baru dengan cepat.
Baca Juga: Benamkan investasi US$ 239 juta, Pertamina survei seismik 2D terbesar di Asia Pacifik Para kritikus mengatakan, strategi Samsung itu berisiko karena dapat menghilangkan kendali atas kualitas dan merusak keahlian manufakturnya dengan
outsourcing.
Tetapi dengan margin yang tipis, orang-orang yang akrab dengan strategi Samsung mengatakan perusahaan ini tidak punya banyak pilihan selain mengikuti saingan dan menggunakan ODM China untuk mengurangi biaya. "Ini adalah strategi yang tak terhindarkan daripada strategi yang baik," kata sumber yang mengetahui operasi Samsung di China.
Baca Juga: PHE Jambi Merang mulai survei seismik 2D wilayah terbuka Samsung mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa mereka telah membuat jalur terbatas
smartphone di luar pabriknya sendiri untuk memperluas portofolio yang ada dan memastikan manajemen yang efisien di pasar. Pihaknya menolak untuk mengatakan berapa banyak ponsel Samsung yang dibuat oleh ODM.
Editor: Handoyo .