Tekan Emisi Kendaraan, Pertamina Lubricants Kembangkan Diesel Exhaust Fluid (DEF)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) melihat peluang besar dalam pengembangan Diesel Exhaust Fluid (DEF) seiring dengan kebijakan pemerintah untuk mengedepankan penggunaan kendaraan yang lebih ramah lingkungan.

Langkah ini didasari oleh arahan Presiden Jokowi mengenai percepatan penerapan regulasi batas emisi Euro 5 dan Euro 6, sebagai standar emisi kendaraan bermotor yang lebih ketat dan ramah lingkungan dan lebih meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.

Dalam pengembangan DEF, Pertamina mengoptimalkan potensi dan sumber daya dari berbagai pihak. Yakni, Technology Innovation Pertamina sebagai formulator produk, Pupuk Kujang Cikampek (PKC) sebagai penyedia bahan baku low biuret urea, penggunaan fasilitas produksi milik Sintas Kurama Perdana (SKP) yang merupakan anak perusahaan PKC dan Pertamina Lubricants yang berperan dalam aspek komersialisasi produk DEF ke berbagai sektor strategis termasuk pertambangan, logistik, dan agen pemegang merek (APM).


Pengembangan dan komersialisasi DEF ini dibuktikan dengan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU) untuk Project Kerja Sama Komersialisasi Produk Diesel Exhaust Fluid (DEF) oleh semua pihak pada Kamis (30/05) di Jakarta.

Direktur Utama Pertamina Lubricants Werry Prayogi, mengatakan, produk DEF adalah wujud dari komitmen dan peran BUMN terhadap keberlanjutan lingkungan dan dukungan dalam menanggulangi perubahan iklim.

"Pada akhirnya DEF akan berkontribusi terhadap pencapaian target penurunan emisi maupun Net Zero Emission atau netralitas karbon yang ditargetkan akan tercapai di tahun 2060," ujar dia dalam siaran pers yang diterima Kontan, Kamis (30/5).

Werry melanjutkan, MoU ini menjadi langkah awal untuk Pertamina dalam menyediakan one stop solution sebagai penyedia bahan bakar dan penurun emisi kendaraan diesel dengan perkiraan market size sebesar 18.000 kilolilter (KL) per tahunnya. 

Pertamina Lubricants optimis mampu beradaptasi dengan perkembangan regulasi dan kebutuhan pasar sehingga akan berperan dalam pencapaian standar emisi Euro 5 dan Euro 6 di Indonesia.

DEF sendiri merupakan cairan saringan diesel yang berguna untuk mengurangi pembuangan gas berbahaya ke atmosfer, sehingga menghasilkan emisi gas buang sesuai dengan standar Euro 5 dan Euro 6.

Tujuan DEF untuk mengurangi pembentukan gas berbahaya seperti nitrogen oksida (NOx) yang dihasilkan oleh mesin diesel. Dengan menggunakan DEF, kendaraan diesel dapat memenuhi standar emisi Euro 5 dan Euro 6 yang lebih ketat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas udara dan kesehatan lingkungan.

DEF memiliki karakteristik tersendiri seperti tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, dan berbahan dasar dari Urea (CH?N?O) berkualitas tinggi, yang merupakan bahan dasar utamanya.

Direktur Utama PKC Maryono menambahkan, dengan pemanfaatan bahan baku Low Biuret Urea dari PKC, pihaknya optimis dapat memberikan kontribusi besar dalam rantai produksi DEF yang berkualitas tinggi. 

SVP Technology Innovation Pertamina Oki Muraza mengatakan, DEF Pertamina sudah melalui uji kinerja produk bekerja sama dengan APM. Dengan menggunakan DEF, kendaraan diesel dapat beroperasi dengan emisi yang jauh lebih bersih dan memenuhi standar lingkungan yang lebih ketat.

"Ini tidak hanya membantu dalam mengurangi polusi udara, tetapi juga meningkatkan efisiensi mesin dan memperpanjang umur kendaraan," imbuh dia.

Pada tahapan selanjutnya dalam proses komersialisasi produk DEF, Pertamina Lubricants selaku pemilik merek akan mengajukan proses sertifikasi untuk mendapatkan sertifikat Trademark AdBlue oleh VDA.

Sertifikat Trademark AdBlue oleh VDA adalah sertifikasi yang diberikan oleh Verband der Automobilindustrie (VDA), yaitu Asosiasi Industri Otomotif Jerman, untuk produk Diesel Exhaust Fluid (DEF) yang memenuhi standar kualitas tertentu.

AdBlue adalah merek dagang terdaftar yang dimiliki oleh VDA untuk cairan urea produk DEF berkualitas tinggi yang digunakan dalam teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR) untuk mengurangi emisi nitrogen oksida (NOx) dari kendaraan diesel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat