KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah menghitung konsumsi liquid petroleum gas (LPG) Indonesia setahun mencapai 6,7 juta ton sampai 6,8 juta ton. Sementara produksi gas bumi Indonesia hanya sebesar 1,3 giga barel setara minyak sampai dengan 1,4 giga barel setara minyak. Untuk itu Kementerian ESDM akan mewajibkan perusahaan batubara untuk melakukan hilirisasi dengan membuat gasifikasi batubara agar bisa mengganti impor LPG tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menyebut Pertamina hanya mampu memproduksi LPG sebesar 2 juta ton. Makanya impor LPG saat ini mencapai sebesar 70%. "Kenapa kok tetap impor LPG? Karena banyak dari sumur gas kita yang menghasilkan gas kering. Sehingga komponen C3 dan C4 sangat tipis, akhirnya Pertamina buat LPG hanya 2 juta ton,"kata Jonan pada Kamis (29/11). Dengan kondisi tersebut, Jonan bilang seharusnya ada upaya untuk mengubah batubata menjadi LPG. Bahkan dia menyebut pemerintah akan mambuat aturan soal batubara menjadi Dimethyl Ether (DME). Menurut Jonan, batubara bisa dikonversikan menjadi DME dan bisa digunakan untuk mengganti LPG. Bahkan di Tiongkok, produksi batubara bisa dikonversi menjadi avtur atau jet fuel. "Kenapa tidak coal ubah jadi DME untuk menggantikan LPG? Impor LPG kita setahun itu kira-kira US$ 3 miliar atau setara Rp 5 triliun. Jadi ini yang akan kita dorong. Mungkin akan kita mandatkan bahwa coal harus ubah jadi DME,"tegas Jonan. Sementara di Indonesia, PT Pertamina (Persero) baru akan memulai gasifikasi batubara dengan menggandeng PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Jonan memprediksi gasifikasi ini bisa selesai dalam dua hingga tiga tahun ke depan. "Kalau kita bicara energy security, saya terimakasih ke Pertamina. Mudah-mudahan pemegang konsesi batubara yang lain bisa mengubah coal to DME,"ujar Jonan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tekan impor LPG, Menteri ESDM akan wajibkan produsen batubara bikin gasifikasi
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah menghitung konsumsi liquid petroleum gas (LPG) Indonesia setahun mencapai 6,7 juta ton sampai 6,8 juta ton. Sementara produksi gas bumi Indonesia hanya sebesar 1,3 giga barel setara minyak sampai dengan 1,4 giga barel setara minyak. Untuk itu Kementerian ESDM akan mewajibkan perusahaan batubara untuk melakukan hilirisasi dengan membuat gasifikasi batubara agar bisa mengganti impor LPG tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menyebut Pertamina hanya mampu memproduksi LPG sebesar 2 juta ton. Makanya impor LPG saat ini mencapai sebesar 70%. "Kenapa kok tetap impor LPG? Karena banyak dari sumur gas kita yang menghasilkan gas kering. Sehingga komponen C3 dan C4 sangat tipis, akhirnya Pertamina buat LPG hanya 2 juta ton,"kata Jonan pada Kamis (29/11). Dengan kondisi tersebut, Jonan bilang seharusnya ada upaya untuk mengubah batubata menjadi LPG. Bahkan dia menyebut pemerintah akan mambuat aturan soal batubara menjadi Dimethyl Ether (DME). Menurut Jonan, batubara bisa dikonversikan menjadi DME dan bisa digunakan untuk mengganti LPG. Bahkan di Tiongkok, produksi batubara bisa dikonversi menjadi avtur atau jet fuel. "Kenapa tidak coal ubah jadi DME untuk menggantikan LPG? Impor LPG kita setahun itu kira-kira US$ 3 miliar atau setara Rp 5 triliun. Jadi ini yang akan kita dorong. Mungkin akan kita mandatkan bahwa coal harus ubah jadi DME,"tegas Jonan. Sementara di Indonesia, PT Pertamina (Persero) baru akan memulai gasifikasi batubara dengan menggandeng PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Jonan memprediksi gasifikasi ini bisa selesai dalam dua hingga tiga tahun ke depan. "Kalau kita bicara energy security, saya terimakasih ke Pertamina. Mudah-mudahan pemegang konsesi batubara yang lain bisa mengubah coal to DME,"ujar Jonan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News