JAKARTA. PT Mandiri Tunas Finance (MTF) memanfaatkan aplikasi mobile dalam menjaring nasabah baru. Layanan aplikasi mobile ini diyakini mampu memangkas angka kredit macet serta mengurangi risiko fraud internal. Aplikasi yang disebut dengan mobile survey ini digunakan sebagai tahap dasar dalam menyeleksi nasabah baru. Ignatius Susatyo Wijoyo, Direktur Utama MTF menjelaskan, mobile survey dapat di akses karyawan MTF di seluruh Indonesia. Cara kerjanya, karyawan MTF yang melakukan survey memasukkan data calon nasabah di tempat lokasi survey. "Nanti karyawan akan kirim data nasabahnya dan kami terima sesuai dengan posisi koordinat karyawan tersebut berada. Setelah data masuk ke pusat, kami wajibkan mereka untuk selfie dengan nasabah dan di depan rumah nasabah. Agar kami yakin karyawan kami menjalankan standard operasional perusahaan (SOP) dan calon costumer yang dibiayai juga baik," papar Igantius belum lama ini. Setelah data masuk, perusahaan baru akan melakukan proses crosscheck ke Bank Indonesia (BI), Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) dan Bank Mandiri, untuk melihat rekam jejaknya. Ignatius mengakui, bahwa pihaknya sedikit 'paranoid' alias takut berlebihan dalam menjaring nasabah baru. Sebab, salah-salah gelombang kredit macet bisa menjadi tsunami bagi perseroan. "Laba bisa terkikis, kami tidak ingin mengulang kondisi 2011 saat NPL mencapai 1,5%," ujar Ignatius. Agar NPL tidak lantas menggerus laporan keuangan perusahaan, MTF telah melakukan pencadangan sebesar Rp 250 miliar atau sekitar 3,5% dari nilai aset perusahaan yang sebesar Rp 7 triliun. Jumlah pencadangan ini dinilai Igantius sudah cukup besar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tekan NPL, karyawan Mandiri Finance wajib selfie
JAKARTA. PT Mandiri Tunas Finance (MTF) memanfaatkan aplikasi mobile dalam menjaring nasabah baru. Layanan aplikasi mobile ini diyakini mampu memangkas angka kredit macet serta mengurangi risiko fraud internal. Aplikasi yang disebut dengan mobile survey ini digunakan sebagai tahap dasar dalam menyeleksi nasabah baru. Ignatius Susatyo Wijoyo, Direktur Utama MTF menjelaskan, mobile survey dapat di akses karyawan MTF di seluruh Indonesia. Cara kerjanya, karyawan MTF yang melakukan survey memasukkan data calon nasabah di tempat lokasi survey. "Nanti karyawan akan kirim data nasabahnya dan kami terima sesuai dengan posisi koordinat karyawan tersebut berada. Setelah data masuk ke pusat, kami wajibkan mereka untuk selfie dengan nasabah dan di depan rumah nasabah. Agar kami yakin karyawan kami menjalankan standard operasional perusahaan (SOP) dan calon costumer yang dibiayai juga baik," papar Igantius belum lama ini. Setelah data masuk, perusahaan baru akan melakukan proses crosscheck ke Bank Indonesia (BI), Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) dan Bank Mandiri, untuk melihat rekam jejaknya. Ignatius mengakui, bahwa pihaknya sedikit 'paranoid' alias takut berlebihan dalam menjaring nasabah baru. Sebab, salah-salah gelombang kredit macet bisa menjadi tsunami bagi perseroan. "Laba bisa terkikis, kami tidak ingin mengulang kondisi 2011 saat NPL mencapai 1,5%," ujar Ignatius. Agar NPL tidak lantas menggerus laporan keuangan perusahaan, MTF telah melakukan pencadangan sebesar Rp 250 miliar atau sekitar 3,5% dari nilai aset perusahaan yang sebesar Rp 7 triliun. Jumlah pencadangan ini dinilai Igantius sudah cukup besar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News