Tekan rasio kredit bermasalah, perbankan akan maksimalkan recovery rate tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menargetkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) akan lebih landai tahun ini. Upaya penyelamatan kredit-kredit bermasalah juga akan terus dimaksimalkan.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memperkirakan tingkat hapus buku atau write off tahun ini kurang lebih akan sama dengan tahun lalu yakni sekitar Rp 12 triliun. Jumlahnya masih besar sejalan dengan target pertumbuhan kredit mereka tahun ini.

Namun, BRI akan terus memaksimalkan penyelamatan kredit-kredit bermasalah tersebut dengan berbagai strategi. Tahun ini, bank pelat merah itu menargetkan recovery rate minimal 50% dari hapus buku.


"Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan potensi recovery seperti kerjasama dengan balai lelang untuk mempercepat proses lelang. Kami bahkan telah melakukan business process engineering berupa digitalisasi sistem untuk mempermudah monitoring pinjaman yang telah dihapus buku sehingga membantu peningkatan potensi recovery income," Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo pada Kontan.co.id, Jumat (8/2).

Tahun lalu, BRI masih berhasil mencatatkan recovery rate 52%. Artinya dari Rp 12 triliun hapus buku, kredit yang berhasil dipulihkan mencapai sekitar Rp 6,2 triliun.

Tahun ini, BRI akan menjaga NPL dikisaran 2%-2,2%. Sementara tahun 2018 tercatat sebesar 2,14%. Haru bilang, untuk menjaga kualitas kredit pihaknya akan lebih fokus pada proses restrukturisasi dan penyelamatan kredit sepanjang debitur masih kooperatif dan prospek bisnis yang baik. Sedangkan penghapusan kredit merupakan alternatif terakhir.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga terus menjaga kualitas kredit dengan menajemen risiko yang prudent sehingga hapus buku juga tidak besar. Tahun ini, bank berlogo 46 ini akan menjaga NPL di bawah 2%. Sementara hapus buku ditargetkan tidak akan lebih dari tahun 2018.

BNI juga akan terus memaksimalkan penyelamatan kredit-kredit yang hapus buku dengan menargetkan recovery rate 40%. Tahun 2018, BNI mencatatkan nilai write off sebesar Rp 7,4 triliun. Dari angka itu, kredit yang berhasil dipulihkan mencapai Rp 2,66 triliun atau recovery rate-nya sebesar 36%.

Direktur Manajemen Resiko BNI Bob Tyasika Ananta mengatakan, untuk mendorong pemulihan kredit bermasalah tersebut pihaknya akan melakukan upaya-upaya seperti restrukturisasi pinjaman nasabah sesuai dengan kondisinya, membantu untuk mendapatkan investor strategic, mengoptimalkan klaim asuransi kredit, serta eksekusi jaminan.

PT Bank OCBC NISP Tbk juga akan mendorong recovery rate dan collection secara intensif tahun ini. Hanya saja, bank swasta ini tidak menyebutkan secara spesifik target kredit bermasalah yang akan diselamatkan.

"Sementara NPL akan kami jaga tetap di bawah level 2% dengan perencanaan yang baik, memastikan industri yang dibiayai, kriteria dan pemeliharaan dijaga baik, serta antisipasi yg lebih dini," kata Parwati Surdaudaja, Direktur Utama OCBC Nisp.

Adapun PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan mendorong pemulihan kredit bermsalah tahun ini dengan penjualan lewat mekanime lelang KPR dan penyelesaian NPL komersial lewat restrukturisasi. Bank ini belum menetapkan target hapus buku dan recovery rate tahun ini.

"Kita masih menunggu rilis laporan keuangan. Tetapi kalau proyeksi tahun ini kita hatapkan bisa di 2,2%-2,3%," kata Direktur Collection and Asset Management BTN Nixon Napitupulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi