KONTAN.CO.ID - BEIJING. Beberapa tahun ke belakang, raksasa teknologi China mampu membangkitkan minat investor untuk menanamkan modal. Maklum, sektor neo ekonomi ini mampu teruji dan memberikan kinerja yang optimal. Kini, pamor sektor teknologi mulai redup dan ditinggalkan oleh investor lantaran tekanan berat datang dari pemerintah China. Para eksekutif, pengusaha, dan investor modal ventura melihat sektor ini masih suram, mengutip
Bloomberg pada Jumat (24/6). Walaupun saham Alibaba Group dan Tencent kembali naik di bursa Amerika Serikat dan Hongkong beberapa hari yang lalu. Saham Alibaba telah melonjak 60% dari level terendah Maret di Hong Kong.
Sedangkan Indeks Nasdaq Golden Dragon China dari saham yang terdaftar di AS telah menguat 52% dari level terendah tahun ini, meninggalkan indeks sekitar 60% di bawah puncaknya.Kenaikan ini menjadi rekor setelah lama berada di zona penuh tekanan.
Baca Juga: Elon Musk Kehilangan Miliaran Dolar dari Pabrik Mobil Baru Tesla di Texas dan Berlin Banyak investor menggambarkan rasa paranoia dan kelumpuhan yang berkelanjutan untuk sektor ini. Bersamaan dengan kesadaran yang meresahkan bahwa tingkat pertumbuhan yang melesat dalam dua dekade terakhir kemungkinan tidak akan pernah kembali. Alibaba dan Tencent diperkirakan akan memberikan pertumbuhan pendapatan haya satu digit pada tahun 2022. Ini menjadi sebuah kekecewaan setelah bertahun-tahun melakukan ekspansi yang luar biasa. Sala satu investor di raksasa teknologi China yang berbasis di Beijing baru-baru ini menjual sahamnya di
unicorn teknologi. Ia mengatakan enggan memulai usaha baru sampai ada kejelasan lebih lanjut tentang apa yang akan diizinkan pemerintah. “Tindakan keras terhadap sektor teknologi China telah terjadi. Tidak ada jalan kembali dari itu. Meski tekanan mulai melemah, tapi perekonomian mulai lesu, tetapi tidak terpikirkan bahwa regulator di negara itu akan melonggarkan cengkeraman mereka pada perusahaan platform lagi," kata salah seorang eksekutif yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Kendati demikian, muncul harapan baru dari Ant Group Co milik Jack Ma siap untuk menghidupkan kembali penawaran umum perdana yang telah lama gagal. Sejumlah video game baru baru-baru ini diberi lampu hijau untuk toko aplikasi.
Baca Juga: Ingin Bermain di Taman, Anak-anak Beijing Harus Tes PCR Covid-19 Dulu Selain itu, setelah penyelidikan keamanan data yang menyeluruh, Beijing akan segera membiarkan perusahaan berbagi perjalanan Didi Global Inc untuk kembali beroperasi. Pemerintah hanya mengenakan denda untuk perusahaan teknologi ini. Sedangkan Koolearn Technology Holding sebagai operator pendidikan
online yang hampir musnah musim panas lalu ketika pemerintah melarang perusahaan bimbingan belajar mencari keuntungan. Setelah dorongannya ke
e-commerce menjadi viral di media sosial, saham perusahaan berlipat ganda selama satu hari perdagangan hiruk pikuk pada 13 Juni.
Editor: Tendi Mahadi