JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan atau BI rate menjadi 7,5% menjadi pukulan bagi emiten otomotif. Kenaikan bunga acuan yang juga akan menyeret bunga kredit bisa memperlambat penjualan kendaraan bermotor, baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Namun, sejumlah analis menilai, kinerja emiten otomotif masih bisa tumbuh di tahun depan karena terdorong penjualan mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC). Selain itu, pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) juga dapat meningkatkan kebutuhan transportasi. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Robertus Hardy mengatakan, kenaikan BI rate menjadi salah satu tantangan emiten otomotif di tahun ini. Apalagi, di tahun ini BI rate naik cukup agresif. "Dampak kenaikan BI rate terhadap penjualan kendaraan bermotor pasti ada, tapi belum terasa," kata dia.
Tekanan bertubi di sektor otomotif
JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan atau BI rate menjadi 7,5% menjadi pukulan bagi emiten otomotif. Kenaikan bunga acuan yang juga akan menyeret bunga kredit bisa memperlambat penjualan kendaraan bermotor, baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Namun, sejumlah analis menilai, kinerja emiten otomotif masih bisa tumbuh di tahun depan karena terdorong penjualan mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC). Selain itu, pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) juga dapat meningkatkan kebutuhan transportasi. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Robertus Hardy mengatakan, kenaikan BI rate menjadi salah satu tantangan emiten otomotif di tahun ini. Apalagi, di tahun ini BI rate naik cukup agresif. "Dampak kenaikan BI rate terhadap penjualan kendaraan bermotor pasti ada, tapi belum terasa," kata dia.