Tekanan eksternal bursa masih terasa, cermati sektor-sektor berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan ini, emiten penghuni bursa akan merilis kinerja keuangan semester I. Tapi, sentimen domestik ini diperkirakan berpengaruh tipis ke pasar.

Faktor eksternal masih berpengaruh pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir Juli. Penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) yang menekan nilai tukar rupiah serta, kenaikan suku bunga Federal Reserve, serta perang dagang global menyebabkan investor harus tetap waspada di pasar saham.

Beberapa sektor diperkirakan masih prospektif hingga akhir bulan ini. Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, beberapa sektor yang perlu dicermati adalah barang konsumsi, keuangan, manufaktur, aneka industri dan sektor properti.


"Paling prospektif consumer goods, lebih karena survei indeks konsumen April hingga sekarang terus menunjukkan penguatan siginifikan," kata Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (19/7).

Berdasarkan survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia (BI) per Juni 2018, menunjukkan bahwa indeks meningkat 128,1 poin dibandingkan capaian bulan sebelumnya 125,1. Dengan begitu, rata-rata IKK triwulan II-2018 sebesar 125,2, lebih tinggi dibandingkan dengan 123,4 pada triwulan sebelumnya, serta 124 poin pada periode yang sama tahun lalu.

Adapun rekomendasi saham untuk sektor barang konsumsi hingga akhir Juli adalah, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Sektor keuangan dinilai masih cukup prospektif hingga akhir Juli, khususnya perbankan. Harga saham perbankan yang berada di level bottom, dimanfaatkan betul-betul oleh pelaku pasar untuk melakukan netting. "Lagipula, net performing loan (NPL) masih bisa dikendalikan, jadi enggak ada yang perlu dikhawatirkan," ujarnya.

Investor juga sudah bisa masuk ke beberapa saham perbankan seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI).

Rekomendasi lainnya adalah sektor manufaktur dan aneka industri, yang ikut kecipratan sentimen positif dari potensi kenaikan kinerja sektor barang konsumsi. "Manufaktur dan aneka industri ini, kaitannya dengan consumer good," ungkapnya.

Untuk rekomendasi sahamnya seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) dan PT Astra International Tbk (ASII). Bahkan untuk SMBR, Nafan menilai pergerakannya cenderung stabil dan harga sahamnya tidak mengalami downtrend.

Terakhir, rekomendasi Binaartha Parama Sekuritas adalah sektor properti, sebagai dampak lanjutan dari kebijakan pelonggaran loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia (BI). Saham yang menarik dilirik di antaranya, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

"Ketika kinerja indeks agak korektif, investor bisa memanfaatkannya untuk melakukan netting," tandasnya.

Berdasarkan data Bloomberg, kinerja indeks sektor-sektor yang direkomendasikan Binaartha Parama Sekuritas tersebut, cenderung bergerak menguat. Untuk sektor barang konsumsi mencatatkan penguatan hingga 0,35%, keuangan naik 1,82%, Aneka industri tumbuh 0,34% dan sektor properti memiliki pertumbuhan paling tinggi yakni 3,08% sepanjang 29 Juni hingga 20 Juli 2018.

Sedangkan Nafan memperkirakan, hingga akhir Juli, sektor barang konsumsi berpotensi bergerak ke level resisten 3,73%, sektor keuangan 3,04%, aneka industri 2,57% dan properti 4,32%. "Keempat sektor tersebut berpotensi melanjutkan penguatan dan menarik untuk dicermati hingga Agustus," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati