Tekanan harga batubara masih berlanjut



JAKARTA. Sempat membaik di pertengahan Mei 2014, harga batubara kembali jatuh. Harga sulit bangkit akibat permintaan batubara dari negara importir yakni China dan Amerika Serikat (AS) yang turun. Merosotnya harga juga terjadi karena beberapa negara mengurangi pemakaian batubara dan menggantinya dengan gas alam.Data Bloomberg menunjukkan, Jumat(30/5), harga batubara untuk kontrak pengiriman Juli 2014 di bursa ICE Futures turun 0,40% dari hari sebelumnya menjadi US$ 73,30 per metrik ton. Ini menjadi level terendah sejak Maret 2009. Harga juga terpangkas 2,1% dalam sepekan. Jika dibandingkan dengan akhir tahun 2013, harga batubara sudah jatuh 13%.Guntur Tri Hariyanto, analis PT Pefindo mengatakan, penggunaan batubara di AS mendapat pesain dari pengembangan shale gas. Ancaman juga datang dari China yang gencar menggunakan energi terbarukan.Sementara di India, pemerintah setempat mempercepat pemenuhan kebutuhan batubara dari tambang-tambang lokal dan mengurangi impor. Tekanan harga batubara juga datang dari Jepang yang kemungkinan akan mengoperasikan kembali pembangkit listrik nuklirnya setelah ditutup akibat bencana tsunami tiga tahun lalu.Peralihan Bahan BakarAnalis komoditas dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim juga menilai, harga batubara jatuh karena permintaan beberapa negara importir yang berkurang. "China mengurangi pembelian batubara," katanya.Pekan lalu, China mengadakan kerjasama dengan Rusia untuk kontrak gas alam. Negeri Panda itu mulai mengalihkan penggunaan batubara dengan gas alam. Hal yang sama juga dilakukan oleh AS yang menjadi sentimen negatif bagi batubara.Di Australia, Guntur bilang, para penambang berusaha memangkas biaya agar bisa bertahan di kondisi harga saat ini. Mereka meningkatkan volume produksi dan ekspor untuk mengurangi kerugian. Australia merupakan pengekspor batubara terbesar di dunia, diikuti oleh Indonesia.Dari Indonesia, ada potensi peningkatan penggunaan batubara untuk bahan bakar pembangkit listrik. "Ada harapan peningkatan konsumsi batubara PT PLN yang berencana membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara terutama yang rendah kalori," imbuh Guntur.Penggunaan batubara PLN diperkirakan meningkat menjadi 151 juta ton di tahun 2022. Dalam jangka pendek, Guntur menilai, prospek harga batubara, terutama batubara termal, masih akan melemah.Secara tekhnikal, Ibrahim bilang, hampir semua indikator menunjukkan adanya pelemahan lanjutan. Posisi bollinger band 30% di atas bollinger tengah. Moving average 40% di atas bollinger tengah. Indikator stochastic 60% di area negatif. Sementara, garis moving average convergence divergence (MACD) terlihat masih wait and see.Ibrahim memprediksi, harga batubara dalam sepekan ini di kisaran US$ 72,10-US$ 73,50 per metrik ton. Prediksi harga hingga akhir semester I-2014 di level US$ 68,30- US$ 74,50 per metrik ton.Guntur memprediksi, harga batubara di US$ 72,00-US$ 75,00 per metrik ton dalam sepekan. Hingga akhir semester satu, harga di US$ 71,00-US$ 74,00 per metrik ton.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Sofyan Hidayat