Tekanan Jual Melanda Pasar Saham, Investor Bisa Akumulasi Beli Perlahan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tersungkur dalam. IHSG menutup perdagangan Kamis (30/5) dengan terkoreksi 1,49% atau turun 106,08 poin ke level 7.034,14. 

Penurunan IHSG salah satunya disebabkan oleh amblesnya saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Saham emiten milik Taipan Prajogo Pangestu ini terkena auto rejection bawah (ARB) selama dua hari beruntun. 

BREN ambruk 9,88% atau turun 1.000 poin ke level Rp 9.125 per saham pada Kamis (30/5). Adapun tekanan pada saham BREN menggerus IHSG sebesar 38,97 poin. 


Tekanan pada saham BREN sejalan dengan masuknya saham sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) ini ke dalam papan pemantauan khusus. Ketika masuk papan ini perdagangan saham akan berganti menjadi periodic call auction dengan blind order book.

Baca Juga: Saham BREN dan Sejumlah Big Cap Anjlok, Mampukah IHSG Bertahan di Level 7.000?

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia Irvan Susandy menegaskan sesuai dengan peraturan yang ada, BREN akan masuk ke dalam papan pemantauan khusus selama 30 hari kalender. 

"Turbulensi kecil menurut saya wajar sebagai respon atas perkembangan pasar dan kinerja. Saya yakin market akan melakukan penyesuaian terkait perubahan yang terjadi baik secara mikro, makro maupun global," kata Irvan, Rabu (29/5). 

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menjelaskan faktor sentimen global juga turut menekan laju indeks komposit dalam negeri. 

Adapun terjadi pelemahan pada pasar surat utang di Amerika Serikat (AS) menyusul Treasury yang melemah. Ini memicu kekhawatiran akan terjadinya defisit anggaran. 

"Sampai akhir pekan ini sulit menunggu kehadiran sentimen lain yang bisa mendorong laju IHSG karena akan ada rilis data Core PCE Price Index," kata Nico saat dihubungi Kontan, Kamis (30/5). 

Kalau data Core PCE Price Index AS mengalami kenaikan, maka hal tersebut akan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham. Nico bilang ini akan membuka potensi penurunan suku bunga makin sulit karena inflasi belum terkendali. 

 
BREN Chart by TradingView

Meski begitu di tengah tekanan yang ada ini, Nico menilai bukan berarti saham tidak menarik. Namun dia menilai saham-saham dengan fundamental yang baik bisa menjadi pilihan. 

"Bagi investor yang agresif volatilitas seperti ini menjadi suatu momentum yang menyenangkan. Namun bagi investor jangka panjang, ini kesempatan untuk menadah saham bagus dengan harga murah," ucap Nico. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari