Tekanan pasar batubara menggerus kinerja Adaro Energy (ADRO) di semester I-2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian pasar batubara global, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membukukan penurunan pendapatan sebesar 23% (yoy) menjadi US$ 1,36 miliar di semester I-2020. Di saat yang sama, laba periode berjalan ADRO turun 48% (yoy) menjadi US$ 167 juta.

Hasil ini tak lepas dari penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) sebesar 18% serta penurunan volume penjualan. Kebijakan lockdown yang diterapkan banyak negara pengimpor batubara untuk mengatasi Covid-19 mengakibatkan penurunan terhadap permintaan listrik industri yang disusul oleh penurunan permintaan batubara sepanjang semester satu.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir menyatakan, pihaknya tidak memungkiri bahwa kinerja ADRO di semester pertama tidak kebal dari dampak penurunan permintaan batubara yang terjadi karena wabah Covid-19.


“Namun, kami tetap memaksimalkan upaya untuk terus berfokus pada keunggulan operasional bisnis perusahaan, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas, dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak pada sebagian besar dunia usaha,” ungkap dia dalam siaran pers, Jumat (28/8).

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) akan mengajukan perpanjangan kontrak tambang batubara

Di semester pertama pula volume produksi batubara ADRO mencapai 27,29 juta ton atau turun 4% (yoy) dibandingkan hasil di semester satu tahun lalu. Dengan kondisi pasar yang sulit, ADRO telah merevisi panduan produksinya untuk tahun ini menjadi 52 juta—54 juta ton.

Sementara itu, beban pokok pendapatan ADRO di semester I-2020 turun 14% (yoy) menjadi US$ 1,04 miliar. Hal ini karena ADRO mencatatkan penurunan nisbah kupas maupun pembayaran royalti kepada pemerintah.

Sekadar catatan, royalti yang dibayarkan ADRO kepada pemerintah Indonesia turun 25% (yoy) menjadi US$ 142 juta atau sejalan dengan penurunan pendapatan dan harga jual rata-rata di semester pertama.

Lebih lanjut, biaya kas batubara per ton yang tidak termasuk royalti turun 14% (yoy) seiring penurunan nisbah kupas dan harga bahan bakar. Total konsumsi dan harga bahan bakar masing-masing turun 13% dan 22%. Penurunan harga bahan bakar membantu penurunan biaya kas batubara pada semester satu lalu.

Baca Juga: Penerimaan SDA non migas ambles karena kinerja buruk tiga sektor ini

Di masa sulit ini, manajemen ADRO tetap berfokus pada pengendalian biaya dan mempertahankan operasi yang efisien di sepanjang rantai pasokan batubara yang terintegrasi vertikal.

Adapun belanja modal bersih ADRO pada semester I-2020 tercatat mencapai US$ 115 juta atau turun 53% dari periode yang sama di tahun lalu. Belanja modal ini difokuskan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan pengembangan AMC. ADRO pun menghasilkan arus kas bebas yang tinggi sebesar US$ 312 juta di semester I-2020 atau naik 19% (yoy).

Atas pertimbangan kondisi pasar batubara global terkini dan setelah mengevaluasi rencana investasi di tahun ini, ADRO memutuskan untuk menurunkan panduan belanja modal menjadi US$ 200 juta—US$ 250 juta melalui penentuan skala prioritas.

ADRO akan terus berhati-hati dan berdisiplin dalam mengeluarkan investasi yang dibutuhkan dalam mengeluarkan belanja modal. Walaupun belanja modal dikurangi, perusahaan ini akan melanjutkan investasi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang dan mempertahankan keunggulan operasional.

Baca Juga: Investasi minerba tahun ini diprediksi hanya sekitar US$ 5,5 miliar

Walau masih harus menghadapi tantangan untuk beberapa waktu ke depan, pihak ADRO tetap yakin bahwa fundamental sektor batubara dan energi dalam jangka panjang tetap kokoh. Ini berkat dukungan aktivitas pembangunan di negara-negara Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati