Tekanan pasar dan nilai emisi kecil bikin puluhan saham jadi gocap



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Puluhan saham masuk ke level Rp 50 alias gocap. Di antara puluhan saham baru anggota gocap tersebut ada PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Mahaka Media Tbk (ABBA).

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, masuknya BUMI ke saham gocap lantaran belum ada perbaikan kinerja perusahaan batubara grup Bakrie tersebut.

Selain itu, banyaknya saham yang masuk level gocap sepanjang Februari 2020 dipengaruhi tekanan pasar. IHSG sepanjang tahun telah turun 13,44% ytd. Hal ini diperparah dengan emiten yang mematok harga saat penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) sekitar Rp 100-Rp 200 per saham.


Baca Juga: Puluhan saham mentok ke level gocap pada Februari 2020

"Karena memang pasar sedang jatuh jadi itu saham yang IPO di harga Rp 100-Rp 200, turun 50% sudah gocap. Sedangkan yang blue chips sekalipun banyak yang turun separuhnya," jelas Teguh kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).

Selain itu, Teguh melihat beberapa perusahaan memang belum memiliki valuasi yang layak untuk masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga mudah menjadi saham gocap. Perusahaan yang dimaksud Teguh biasanya memiliki nilai kapitalisasi pasar dan aset yang cenderung kecil. "Kalau bukan karena batas gocap bisa turun lebih rendah lagi," ujar dia.

Dus, saham gocap bisa bertambah banyak sejalan dengan banyaknya perusahaan yang masuk ke BEI dengan nilai emisi yang cenderung kecil. Dalam hal ini, Teguh menyoroti banyaknya perusahaan yang melakukan IPO dengan nilai kecil dalam dua hingga tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Semua saham emiten big cap memerah, koreksi IHSG makin dalam

"Betul memang perusahaan harus dimudahkan dalam memperoleh pendanaan, tetapi investor perlu dikasih perusahaan yang berkualitas yang harga sahamnya bisa naik sesuai nilai perusahaan," imbuh dia.

Dengan tren yang seperti itu, Teguh menyarankan investor untuk melihat prospektus yang sudah disajikan oleh BEI di situsnya sebelum sebuah perusahaan akan melantai. Selain itu, investor bisa melihat perusahaan yang cukup populer untuk kemudian dipelajari kinerjanya. "Kalau ada denger perusahaan IPO yang namanya belum pernah didengar mendingan tidak usah," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati