Tekanan rupiah masih berat, intervensi BI harus terukur



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ongkos mempertahankan otot rupiah di tengah gempuran tekanan eksternal memang mahal. Laporan Bank Indonesia (BI), nilai cadangan devisa akhir Juni tinggal sebesar US$ 119,8 miliar.

Nilai ini turun US$ 3,1 miliar dari posisi akhir Mei 2018 sebanyak US$ 122,9 miliar. Tergerusnya cadangan valuta asing di atas US$ 3 miliar ini di luar perkiraan ekonom yang memprediksi ongkos moneter bank sentral Juni hanya akan berkurang US$ 1 miliar sampai US$ 2 miliar.

Para ekonom yang dihubungi Kontan.co.id menyebut, Indonesia masih akan menghadapi tekanan. "Penguatan dollar Amerika Serikat (AS), risiko perang dagang serta pelonggaran kebijakan moneter masih berpotensi menekan rupiah," ujar Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual. Karena itu, kata David, bank sentral harus tetap berhati-hati dalam pengelolaan cadangan devisa


Tekanan terhadap rupiah Juni memang terbilang lebih kencang. Sempat menguat di awal Juni, rupiah di bulan Juni sempat melemah hingga 14.404 pada 29 Juni 2018. Ini masih ditambah permintaan valas untuk membayar utang luar negeri pemerintah dan korporasi yang jatuh tempo.

Meski begitu, Kepala Departemen Kebijakan Komunikasi BI Agusman dalam keterangan tertulis, pada Jumat (6/7), mengatakan, cadangan devisa sebanyak US$ 119,8 miliar masih memadai untuk mendukung keyakinan terhadap stabilitas ekonomi domestik yang tetap baik serta kinerja ekspor yang tetap positif.

Jika dihitung sejak awal tahun,cadangan devisa kita memang tergerus dalam. Sepanjang Januari hingga Juni 2018, nilai cadangan devisa Indonesia telah berkurang US$ 12,14 miliar. Karena itu, para ekonom minta agar bank sentral berhati-hati menggunakan cadangan devisa.

Selain kecambuk perang dagang yang menghantui ekonomi global dan belum terukur ujungnya, ancaman kenaikan suku bunga AS masih akan terjadi dua kali lagi di tahun ini serta normalisasi kebijakan di Uni Eropa masih berpotensi menekan rupiah.

Di tengah upaya penumpukan valas yang terbatas, Ekonom Bank Permata Josua Pardede minta, intervensi BI lebih terukur di semester II. "Jangan tiap rupiah lemah langsung diintervensi," ujar dia. Apalagi, rupiah tak bisa menguat sendirian di tengah tekanan eksternal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati