Tekanan rupiah masih kuat



JAKARTA. Rupiah kembali menguat pada Selasa (7/2). Di pasar spot, pasangan USD/IDR melemah 0,07% ke 9.935. Kurs tengah dollar Amerika Serikat (AS) di Bank Indonesia (BI) turun 0,15% ke 9.920.

Albertus Christian, analis PT Monex Investindo Futures bilang, rupiah menguat karena laporan inflasi bulan Juni 2013 sebesar 1,03%, sedikit di bawah ekspektasi pasar. Ini memberi kelegaan sehingga suku bunga acuan BI rate tak perlu naik lagi. Namun, penurunan nilai ekspor harus diwaspadai karena bisa menggelembungkan defisit neraca perdagangan Indonesia. Ujungnya, akan menekan rupiah.

Sisi lain, kata Albertus, negara-negara berkembang masih dihantui arus capital outflow. Apalagi, data ekonomi Amerika membaik memunculkan spekulasi stimulus AS akan segera berakhir. Untungnya, ada katalis positif dari Bank Sentral China akan menyuntikkan likuiditas setara US$ 5,9 miliar ke perbankan di China. Sentimen ini bisa membawa rupiah menguat.


Nurul Eti Nurbaeti, pengamat pasar uang BNI menambahkan, tekanan terhadap rupiah bisa berlanjut setelah Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, dari 6,2 persen menjadi 5,9 persen. "Penurunan permintaan dan ekspor juga berpotensi menekan rupiah," ujar dia. Ia memprediksi, USD/IDR, hari ini akan menguat di 9.910-9.990. Sedangkan, Albertus memprediksi, pairing USD/IDR akan bergerak di 9.890-10.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana