KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Ketidakpastian ekonomi global masih bermunculan di tahun ini. Sebagaimana diketahui, saat ini pasar masih menanti keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) terkait rencana kenaikan suku bunga acuannya. Selain itu, ketidakpastian akan ancaman shutdown pemerintahan AS dan perang dagang China dari Presiden AS Donald Trump masih menjadi perhatian pasar. Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan yakinkan bahwa tekanannya ke bursa Tanah Air jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. "Kalau dilihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal tahun masih cukup kuat di tengah isu isu tersebut," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Rabu (9/1). Melihat kondisi tersebut, Alfred menyimpulkan bahwa tingkat sensifitas pasar terhadap isu The Fed dan dinamika pasar dagang tahun ini akan lebih rendah. Tentunya, setiap ada keputusan maupun kebijakan baru, pasar dan rupiah akan terkoreksi sesaat. Apalagi, jika melihat kinerja ekonomi Tanah Air di 2018 cukup meyakinkan, dengan angka angka makro yang baik dan pertumbuhan ekonomi diyakini lebih tinggi di tahun ini. Sehingga, ketidakpastian global tidak akan memberikan efek sebesar 2018. "Angka ekonomi 2018 juga cukup meyakinkan global bahwa Indonesia kuat terhadap turbulensi, khususnya yang terjadi di tahun lalu. Apalagi, bottomnya sudah lewat di 2017 dan ke depan tren pertumbuhan ekonomi lebih baik," jelasnya. Untuk itu, Alfred melihat sekarang masih jadi waktu yang baik bagi investor masuk ke par modal, khususnya di sektor perbankan, telekomunikasi, konsumer dan konstruksi atau infrastruktur. Sedangkan sektor yang perlu dihindari yakni komoditas, sementara sektor properti masih perlu wait and see dan bisa di hold. Menurutnya, sektor perbankan mulai kuartal I hingga IV tahun ini memiliki tren kenaikan pertumbuhan kredit, disertai risiko NPL yang kian terkikis. Hal ini membuat sektor perbankan semakin solid, dan risiko penurunan laba masih sangat tipis. Sedangkan pertumbuhan sektor komunikasi di 2018 diperkirakan masih akan berlanjut di tahun ini. Begitu juga dengan sektor konstruksi dan infrastruktur yang disertai perbaikan arus kas. Sektor konsumsi juga masih positif di 2019, didukung konsumsi dari belanja masyarakat yang kuat lantaran ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan inflasi yang terkendali. Ditambah lagi, harga minyak awal tahun dimulai dari harga rendah, sehingga akan lebih menguntungkan bagi emiten sektor konsumsi. "Sektor komoditi perlu dihindari karena harga minyak yang rendah akan berdampak ke sektor komoditi lainnya. Sedangkan untuk sektor properti, meskipun kredit akan tumbuh tahun ini, tapi kelihatannya belum mengarah ke properti, sehingga saham properti masih perlu wait and see," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tekanan terhadap IHSG tahun ini tidak separah tahun lalu
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Ketidakpastian ekonomi global masih bermunculan di tahun ini. Sebagaimana diketahui, saat ini pasar masih menanti keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) terkait rencana kenaikan suku bunga acuannya. Selain itu, ketidakpastian akan ancaman shutdown pemerintahan AS dan perang dagang China dari Presiden AS Donald Trump masih menjadi perhatian pasar. Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan yakinkan bahwa tekanannya ke bursa Tanah Air jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. "Kalau dilihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal tahun masih cukup kuat di tengah isu isu tersebut," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Rabu (9/1). Melihat kondisi tersebut, Alfred menyimpulkan bahwa tingkat sensifitas pasar terhadap isu The Fed dan dinamika pasar dagang tahun ini akan lebih rendah. Tentunya, setiap ada keputusan maupun kebijakan baru, pasar dan rupiah akan terkoreksi sesaat. Apalagi, jika melihat kinerja ekonomi Tanah Air di 2018 cukup meyakinkan, dengan angka angka makro yang baik dan pertumbuhan ekonomi diyakini lebih tinggi di tahun ini. Sehingga, ketidakpastian global tidak akan memberikan efek sebesar 2018. "Angka ekonomi 2018 juga cukup meyakinkan global bahwa Indonesia kuat terhadap turbulensi, khususnya yang terjadi di tahun lalu. Apalagi, bottomnya sudah lewat di 2017 dan ke depan tren pertumbuhan ekonomi lebih baik," jelasnya. Untuk itu, Alfred melihat sekarang masih jadi waktu yang baik bagi investor masuk ke par modal, khususnya di sektor perbankan, telekomunikasi, konsumer dan konstruksi atau infrastruktur. Sedangkan sektor yang perlu dihindari yakni komoditas, sementara sektor properti masih perlu wait and see dan bisa di hold. Menurutnya, sektor perbankan mulai kuartal I hingga IV tahun ini memiliki tren kenaikan pertumbuhan kredit, disertai risiko NPL yang kian terkikis. Hal ini membuat sektor perbankan semakin solid, dan risiko penurunan laba masih sangat tipis. Sedangkan pertumbuhan sektor komunikasi di 2018 diperkirakan masih akan berlanjut di tahun ini. Begitu juga dengan sektor konstruksi dan infrastruktur yang disertai perbaikan arus kas. Sektor konsumsi juga masih positif di 2019, didukung konsumsi dari belanja masyarakat yang kuat lantaran ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan inflasi yang terkendali. Ditambah lagi, harga minyak awal tahun dimulai dari harga rendah, sehingga akan lebih menguntungkan bagi emiten sektor konsumsi. "Sektor komoditi perlu dihindari karena harga minyak yang rendah akan berdampak ke sektor komoditi lainnya. Sedangkan untuk sektor properti, meskipun kredit akan tumbuh tahun ini, tapi kelihatannya belum mengarah ke properti, sehingga saham properti masih perlu wait and see," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News