Tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih kuat sampai kuartal III



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mecatat, sejak 1 Mei hingga hari ini, rupiah mengalami depresiasi sebesar 1,94% (month to date/mtd) terhadap dollar AS.

Depresiasi yang dialami rupiah ini lebih baik dibandingkan baht Thailand yang melemah 2,1% (mtd), ringgit Malaysia melemah 1,4% (mtd), rupee India melemah 2,5% (mtd), dan lira Turki melemah 12% (mtd). 

Adapun, sejak awal tahun hingga hari ini, BI mencatat, rupiah secara total mengalami depresiasi terhadap dollar AS sebesar 4,35% (year to date/ytd). Persentase ini lebih rendah dibandingkan rupee India yang melemah 6,7% (ytd), real Brasil yang melemah 12,8% (ytd), dan lira Turki yang melemah 20% (ytd). 


Ekonom BCA David Sumual mengatakan, tekanan dalam pergerakan rupiah ke depannya masih akan kuat. Paling tidak, ini akan terjadi sampai kuartal III-2018.

“Ke depan sangat tergantung perkembangan ekonomi AS. Setidaknya, sampai kuartal III masih kuat tekanannya,” kata David kepada KONTAN, Selasa (22/5).

David melihat, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh pengaruh eksternal. Kondisi ekstermal ini, menurutnya, memberikan tekanan pada semua mata uang negara berkembang termasuk rupiah.

“Ini semata-mata karena ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih banyak dari perkiraan. Biaya carry trade jadi naik pasca-kenaikan yield Surat Utang Negara AS (US Treasury) ke arah 3,3% yang picu naiknya London Interbank Offered (Libor). Banyak funds yang menlepaskan posisi short dollarnya,” jelasnya.

Adapun dia menilai bahwa rupiah lemah bukan karena kenaikan suku bunga 7DRR kurang besar.

“Kenaikan 25 basis poin saya pikir sudah tepat dan mungkin masih perlu dinaikkan lagi seiring kenaikan biaya dana di pasar uang internasional,” ujar David.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan rupiah ini sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal. Dengan demikian, dalam hal ini porsi kenaikan suku bunga 7DRR sudah cukup atau tidak kurang.

“Tidak (kurang). Kami melihat sekarang ini dengan menaikkan 25 bps, didukung oleh bauran kebijakan yang lain, ini konsisten untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia,” ujar Agus. 

Senada, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa porsi kenaikan suku bunga BI tidak terkait dengan melemahnya rupiah. Saat ini, BI terus mempelajari bagaimana perkembangan di pasar.

“Kalau itu sebabkan instabilitas terus berlanjut, kami bisa lakukan upaya langkah-langkah yang lebih kuat,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia