Teknik fotografi VR 360° menjadi periuk nasi bagi Riefa Istamar untuk bertahan hidup. Sejak 2009 lalu, lelaki kelahiran 1977 ini mulai menekuni bisnis fotografi VR 360° secara komersial. Kliennya beragam, mulai hotel, restoran sampai perumahan. Pemilik idVR360 mampu mengantongi omzet lebih dari Rp 50 juta dalam setiap bulan. Teknik fotografi virtual reality (VR) 360° bukanlah hal baru bagi Riefa Istamar. Pemilik usaha fotografi idVR360 ini mulai mengomersialkan hasil foto VR 360° sejak 2009 lalu. Menyukai hobi memotret sejak 2006, Riefa lebih banyak mengambil gambar panorama atau pemandangan alam. "Saya mulai terjun ke dunia profesional sejak mengenal teknik VR 360°," kata pria alumnus jurusan Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Pelita Harapan ini.Ia mengaku kurang puas melihat hasil fotografi konvensional. Sebab, dia merasa, hasil foto yang didapatkan kurang lebar. Oleh karena itu, dia lalu mulai bertanya-tanya tentang teknik fotografi yang bisa menutupi kekurangan itu dan Riefa menemukan VR 360°. Walau di Amerika teknik ini sudah dikenal sejak akhir 1980-an, di Indonesia, teknik ini belum lama masuk. Alhasil, belum banyak fotografer kita menyandang spesialis foto VR 360°. Teknik fotografi VR 360° menggunakan cara pengambilan gambar dan sentuhan akhir yang berbeda. Dengan menggunakan alat yang tidak jauh berbeda dengan fotografi lain, VR 360° mampu menghasilkan gambar sebuah ruangan secara keseluruhan.Gambar menyeluruh itu bisa diperoleh karena fotografer penggunaan alat berupa panoramic tripod head. Tidak hanya bisa dipakai untuk kamera digital single lens reflect (SLR), teknik ini juga bisa diaplikasikan dengan kamera telepon seluler dan kamera poket. Minimal 8 sampai 11 frame diambil dari sudut berbeda untuk setiap satu titik pemotretan. Lalu, masing-masing frame digabung atau dijahit (stiching) dengan peranti lunak (software) khusus bernama Hugin, PTGui, atau Panorama Tools for Graphical User Interface. Jika Hugin merupakan peranti lunak gratis, PTGui adalah software berbayar. Peranti ini akan menggabungkan frame yang terpisah menjadi satu gambar berputar 360° tanpa putus. "Teknik foto ini bisa menampilkan gambar keseluruhan ruangan dari semua sudut," imbuh RiefaPria kelahiran Jakarta 31 tahun silam itu menjual hasil kreasi fotografi dan jasa pembuatan gambar virtual untuk berbagai kebutuhan. "Klien seni fotografi VR 360° tidak terbatas," katanya. Saat ini, dia lebih banyak melayani permintaan foto dari industri jasa seperti hotel, perumahan, universitas, maupun restoran.Dengan hasil kreasinya, klien bisa mendapatkan foto keseluruhan objek, mulai dari atas, bawah, depan, belakang serta samping kiri dan kanan secara detil. Dengan resolusi tinggi, gambar yang dihasilkan juga berkualitas tinggi. Tampilan gambar yang unik inilah yang membuat hasil kreasi Riefa banyak dipakai untuk promosi tempat usaha.Untuk jasanya, Riefa memasang tarif mulai Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta per titik. Pengguna jasanya bisa mendapatkan tarif lebih murah kalau memesan secara paket. Misalnya, biaya satu proyek gedung dengan lima titik pemotretan hanya Rp 10 juta. "Semua tergantung kesepakatan," katanya. Setiap proyek ia kerjakan sendiri, dari awal hingga sentuhan akhir.Riefa menjelaskan, teknik fotografi VR 360° memang membutuhkan biaya yang sedikit lebih mahal ketimbang foto biasa. Namun, biaya itu sebanding dengan hasil foto yang didapat. Untuk mengerjakan satu proyek dengan lima titik pemotretan, Riefa memerlukan waktu pengerjaan dua minggu. Dari hasil usaha ini, dia mengaku mampu mengantongi omzet mencapai lebih dari Rp 50 juta per bulan. Lantaran jumlah pesaing belum banyak, Riefa menilai, peluang di bisnis fotografi VR 360° ini masih besar. "Bisnis fotografi ini menjanjikan," ujarnya senang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Teknik fotografi VR 360° memutar rezeki Riefa
Teknik fotografi VR 360° menjadi periuk nasi bagi Riefa Istamar untuk bertahan hidup. Sejak 2009 lalu, lelaki kelahiran 1977 ini mulai menekuni bisnis fotografi VR 360° secara komersial. Kliennya beragam, mulai hotel, restoran sampai perumahan. Pemilik idVR360 mampu mengantongi omzet lebih dari Rp 50 juta dalam setiap bulan. Teknik fotografi virtual reality (VR) 360° bukanlah hal baru bagi Riefa Istamar. Pemilik usaha fotografi idVR360 ini mulai mengomersialkan hasil foto VR 360° sejak 2009 lalu. Menyukai hobi memotret sejak 2006, Riefa lebih banyak mengambil gambar panorama atau pemandangan alam. "Saya mulai terjun ke dunia profesional sejak mengenal teknik VR 360°," kata pria alumnus jurusan Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Pelita Harapan ini.Ia mengaku kurang puas melihat hasil fotografi konvensional. Sebab, dia merasa, hasil foto yang didapatkan kurang lebar. Oleh karena itu, dia lalu mulai bertanya-tanya tentang teknik fotografi yang bisa menutupi kekurangan itu dan Riefa menemukan VR 360°. Walau di Amerika teknik ini sudah dikenal sejak akhir 1980-an, di Indonesia, teknik ini belum lama masuk. Alhasil, belum banyak fotografer kita menyandang spesialis foto VR 360°. Teknik fotografi VR 360° menggunakan cara pengambilan gambar dan sentuhan akhir yang berbeda. Dengan menggunakan alat yang tidak jauh berbeda dengan fotografi lain, VR 360° mampu menghasilkan gambar sebuah ruangan secara keseluruhan.Gambar menyeluruh itu bisa diperoleh karena fotografer penggunaan alat berupa panoramic tripod head. Tidak hanya bisa dipakai untuk kamera digital single lens reflect (SLR), teknik ini juga bisa diaplikasikan dengan kamera telepon seluler dan kamera poket. Minimal 8 sampai 11 frame diambil dari sudut berbeda untuk setiap satu titik pemotretan. Lalu, masing-masing frame digabung atau dijahit (stiching) dengan peranti lunak (software) khusus bernama Hugin, PTGui, atau Panorama Tools for Graphical User Interface. Jika Hugin merupakan peranti lunak gratis, PTGui adalah software berbayar. Peranti ini akan menggabungkan frame yang terpisah menjadi satu gambar berputar 360° tanpa putus. "Teknik foto ini bisa menampilkan gambar keseluruhan ruangan dari semua sudut," imbuh RiefaPria kelahiran Jakarta 31 tahun silam itu menjual hasil kreasi fotografi dan jasa pembuatan gambar virtual untuk berbagai kebutuhan. "Klien seni fotografi VR 360° tidak terbatas," katanya. Saat ini, dia lebih banyak melayani permintaan foto dari industri jasa seperti hotel, perumahan, universitas, maupun restoran.Dengan hasil kreasinya, klien bisa mendapatkan foto keseluruhan objek, mulai dari atas, bawah, depan, belakang serta samping kiri dan kanan secara detil. Dengan resolusi tinggi, gambar yang dihasilkan juga berkualitas tinggi. Tampilan gambar yang unik inilah yang membuat hasil kreasi Riefa banyak dipakai untuk promosi tempat usaha.Untuk jasanya, Riefa memasang tarif mulai Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta per titik. Pengguna jasanya bisa mendapatkan tarif lebih murah kalau memesan secara paket. Misalnya, biaya satu proyek gedung dengan lima titik pemotretan hanya Rp 10 juta. "Semua tergantung kesepakatan," katanya. Setiap proyek ia kerjakan sendiri, dari awal hingga sentuhan akhir.Riefa menjelaskan, teknik fotografi VR 360° memang membutuhkan biaya yang sedikit lebih mahal ketimbang foto biasa. Namun, biaya itu sebanding dengan hasil foto yang didapat. Untuk mengerjakan satu proyek dengan lima titik pemotretan, Riefa memerlukan waktu pengerjaan dua minggu. Dari hasil usaha ini, dia mengaku mampu mengantongi omzet mencapai lebih dari Rp 50 juta per bulan. Lantaran jumlah pesaing belum banyak, Riefa menilai, peluang di bisnis fotografi VR 360° ini masih besar. "Bisnis fotografi ini menjanjikan," ujarnya senang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News