KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wärtsilä mengungkap melalui permodelan sistem energi terbarukan, yang didukung oleh mesin penyeimbang jaringan listrik dan penyimpanan energi, dapat memungkinkan Indonesia mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Adapun pihaknya memilih Pulau Sulawesi sebagai percontohan transisi energi Indonesia. Seperti wilayah Indonesia pada umumnya, batu bara berperan penting dalam sistem kelistrikan di Pulau Sulawesi yakni mencapai 41% dari total kapasitas daya setempat. Wärtsilä membuat pemodelan yang dirancang untuk Pulau Sulawesi, sebagaimana dipublikasikan dalam laporan "Meninjau Ulang Energi di Asia Tenggara", dapat diterapkan secara menyeluruh di Indonesia karena karakteristiknya serupa dengan visi energi hijau nasional.
Baca Juga: Perpres Energi Terbarukan Terbit, Atur Harga Jual EBT dan Rencana Pensiunkan PLTU Keempat skenario yang dirancang Wärtsilä menggarisbawahi bahwa teknologi fleksibilitas, meliputi penyimpanan energi dan mesin penyeimbang, adalah inovasi penting untuk membuat energi terbarukan menjadi sumber energi yang dominan. Sementara untuk mencapai netralitas karbon di Pulau Sulawesi pada tahun 2060, diperlukan penyeimbangan jaringan listrik oleh fleksibilitas mesin-mesin berdaya 800 MW pada tahun 2030 dan penyimpanan energi sebesar 800 MW pada tahun 2035. Angka ini 63% lebih tinggi dari mesin baru berkapasitas 490 MW yang dialokasikan ke Pulau Sulawesi sebagai bagian dari Rencana Upaya Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) nasional pada tahun 2030. Temuan utama yang didapatkan Wärtsilä ialah dibandingkan dengan skenario
‘Business As Usual’, membangun sistem energi dengan skenario netralitas karbon memungkinkan Pulau Sulawesi memangkas biaya listrik rata-rata (LCOE) sebesar 23% dan menghindari pajak karbon senilai US$1,3 miliar per tahun pada 2060. Agar Pulau Sulawesi dapat menyelaraskan target netralitas karbon Indonesia seraya menurunkan biaya sistem energi, maka target pembangkit tenaga surya harus ditingkatkan empat kali lipat dari level saat ini, yaitu menjadi 1.200 MW pada tahun 2030. Sektor energi Pulau Sulawesi dapat mencapai netralitas karbon dengan beralih ke sistem energi terbarukan yang mencakup 94% pangsa pada tahun 2060. Febron Siregar, Direktur Sales, Indonesia, Wärtsilä Energy, mengatakan hasil studi terkait jelas menunjukkan bahwa peluang mengubah kehidupan sebuah generasi dapat diraih oleh para pemangku kepentingan di sektor energi. Di Indonesia, energi terbarukan dapat ditingkatkan dengan menggunakan kapasitas fleksibel untuk mengatasi beban saat ini, sekaligus mudah memenuhi permintaan daya listrik yang meningkat, serta dekarbonisasi dengan biaya terendah.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Hijau BRI Sudah Mencapai Rp 74,6 Triliun hingga Semester I “Dengan menciptakan sistem energi yang terbarukan dan terukur, Indonesia dapat menghadapi era kenormalan baru (
new normal) terkait volatilitas bahan bakar fosil dan kendala emisi, sekaligus menciptakan pertumbuhan [ekonomi], lapangan kerja, dan kesejahteraan di masa depan,” jelasnya di Jakarta, Kamis (15/9).
Menurutnya, dekarbonisasi adalah proses bertahun-tahun yang menuntut perencanaan matang, namun target Indonesia menuju ekonomi netralitas karbon dapat dilakukan jika sektor energi sigap mengambil tindakan yang diperlukan saat ini dan beberapa dekade mendatang untuk mewujudkan masa depan netralitas karbon pada tahun 2060. “Dengan beralih ke sistem energi terbarukan yang fleksibel pada tahun 2060, Indonesia dapat melakukan lebih dari sekadar mengurangi emisi. Ini dapat mengubah sektor energi sehingga bisa melayani ribuan pulau dengan lebih baik sambil memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke listrik yang ramah lingkungan dan andal,” ujarnya. Febron bilang, para pemangku kepentingan perlu merencanakan perubahan transformatif dalam lima hingga delapan tahun ke depan atau peluang akan tertutup. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .