Teknologi mobile memutar ekonomi triliunan dollar



JAKARTA. Kebutuhan manusia akan teknologi mobile telah menggerakkan duit triliunan dollar Amerika Serikat (AS). Dana ini mengalir keluar dari korporasi-korporasi telekomunikasi raksasa sampai end user yang membelanjakan uangnya untuk mendapatkan kenyamanan berkomunikasi ini.

Boston Consulting Group melihat, korporasi telekomunikasi raksasa telah rela merogoh kocek dengan nilai tak kecil untuk menghadirkan jaringan paling cepat dan canggih. BCG melakukan survei atas 6 negara yaitu Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Brasil, China, dan India untuk riset The Mobile Revolution: How Mobile Technologies Dirve a Trillion Dollar Impact.

Dalam catatannya, perusahaan di seputar rantai nilai perangkat mobile, mengeluarkan dana US$ 1,8 triliun untuk infrastruktur, penelitian dan pengembangan (R&D) sejak 2009 - 2013.


Penemu teknologi inti (2G,3G,4G) mengambil risiko besar dalam R&D tanpa jaminan pengembalian investasi. Mereka yang fokus pada teknologi inti ini bisa menggunakan 21% pendapatan untuk investasi R&D. Jauh lebih banyak ketimbang riset di perusahaan farmasi, yang rata-rata 14%.

Di sisi lain, pengguna teknologi mobile makin banyak seiring dengan penurunan ongkos mengakses teknologi ini. Ongkos pelanggan membayar per megabite, semakin kecil, turun 99% dari tahun 2005 ke 2013. Harga smartphone pun sekarang ada yang dibanderol hanya US$ 40 atau sekitar Rp 500.000 per unit.

Teknologi ini juga telah mengobarkan pertumbuhan sektor usaha kecil menengah (UKM). Sekitar 25% dari UKM yang mengandalkan layanan mobile mengalami kenaikan pendapatan dua kali lipat lebih cepat ketimbang pesaingnya. Penambahan pekerja juga delapan kali lipat lebih cepat.

Di negara berkembang, penggunaan layanan mobile untuk UKM lebih besar dibanding negara maju. Cara ini banyak digunakan di Brasil, China, dan India.

BCG mencatat, rantai tekonologi mobile ini menyumbang pendapatan US$ 3,3 triliun di tahun 2014 dan menyumbang 11 juta posisi tenaga kerja.

"Mobile adalah mesin untuk mendorong kesejahteraan," tulis BCG. Di enam negara yang ditelitinya, kontribusi pendapatan rantai mobile mencapai US$ 1,2 triliun di Produk Domestik Bruto. Itu sekitar 2%-4% terhadap masing-masing PDB. Khusus di Korea Selatan, kontribusinya sampai 11% dari PDB.

Editor: Sanny Cicilia