JAKARTA. Pemerintah memang telah membatalkan penerapan tarif bea masuk gandum sebesar 5% dan berlaku mulai 24 Januari 2011. Tapi, pembatalan tersebut tak sanggup mencegah kenaikan harga tepung terigu, produk pangan berbasis gandum. Pengusaha terigu punya alasan tersendiri atas kenaikan harga itu. Alasan mereka, pemerintah terlambat mencabut penerapan bea masuk gandum sebesar 5%. Harga terigu bisa tak naik jika pembatalan bea masuk gandum berlaku mulai Desember 2010 seperti tuntutan mereka. Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Terigu Indonesia (Aptindo) mengatakan, semula pengusaha akan menaikkan harga terigu Maret nanti. "Tapi karena bea masuk yang berlaku sejak 22 Desember 2010 lalu besar, kami terpaksa menaikkan harga pada awal Februari ini," tutur Ratna kepada KONTAN, (28/1).
Seperti diberitakan sebelumnya, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 13/PMK.001/2011 yang terbit 24 Januari 2011 membebaskan bea masuk empat komoditas pangan yaitu gandum, kedelai, bahan baku pupuk dan bahan baku pakan ternak. Beleid ini merevisi PMK 241/PMK.011/2010 tentang Tarif Bea Masuk Barang Impor. PMK 241 yang berlaku 22 Desember 2010 ini mengenakan bea masuk 5% untuk empat komoditas pangan. Sebelum PMK 241 ini berlaku, keempat komoditas itu juga bebas bea masuk. Nah, pengusaha menyayangkan penerbitan PMK 13 tidak berlaku surut. Artinya, setoran bea masuk selama 22 Desember 2010 hingga 23 Januari 2011 tidak dikembalikan pemerintah. Dengan alasan itu, pengusaha menaikkan harga demi menutup biaya produksi. Hitungan Ratna, setoran bea masuk periode itu mencapai Rp 100 miliar per satu pengapalan gandum. Faktor pasar global Selama Januari ini, harga rata-rata terigu nasional adalah Rp 7.560 per kilogram (kg). Harga ini naik tipis dari harga rata-rata terigu Juni 2010 sebesar Rp 7.482 per kg. Fransiscus Welirang, Ketua Umum Aptindo menjelaskan, kenaikan harga terigu hingga 5% mengimbangi besaran bea masuk gandum sebulan lalu. "Namun kenaikan harga terigu di bulan-bulan mendatang akan bervariasi sesuai kebijakan masing-masing produsen," ujar Franky. Menurut Franky, beban akibat bea masuk bukanlah faktor utama pendorong kenaikan harga. Faktor utama kenaikan harga adalah harga gandum di pasar global.
Memang, harga gandum dunia sejak pertengahan tahun lalu terus melambung. Di bursa komoditas Chicago Board of Trade (CBOT), harga rata-rata gandum pada bulan Juni 2010 sebesar US$ 5,340 per bushel. Tapi di Januari 2011 ini harga rata-rata melesat 48,1% menjadi US$ 7,909 per bushel. Franky menerangkan, meski harga gandum melambung sejak pertengahan tahun lalu, namun Aptindo belum menaikkan harga terigu karena masih bisa mengendalikan biaya. Di tingkat agen dan pengecer, rencana pengusaha menaikkan harga terigu pun belum banyak diketahui. Oku Gunawan, agen terigu di Pasar Palmerah, Jakarta Barat mengaku belum mendengar rencana kenaikan harga tepung terigu tersebut. Bahkan, pengaruh harga gandum dunia yang terus melonjak pun, menurut Oku, belum terasa imbasnya terhadap harga terigu yang ia jual. Oku mengungkapkan, harga terigu merek Segitiga Biru sejak lima bulan lalu stabil di posisi Rp 150.000 per karung isi 25 kg. Harga terigu merek Cakra Kembar juga stabil di harga Rp 185.000 per karung. "Harga ini sejak pertengahan tahun lalu selalu stabil, tidak ada kenaikan maupun penurunan," tandas Oku. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can