TELE andalkan penjualan voucher untuk raih laba



JAKARTA. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) optimistis bisa meraih pendapatan sebesar Rp 18 triliun dengan laba bersih Rp 360 miliar pada tahun ini. Emiten distributor produk telekomunikasi ini masih mengandalkan penjualan voucher sebagai kontributor terbesarnya. "Bisnis voucher masih mendominasi penjualan dengan kontribusi sebesar 70%, lalu 30% penjualan akan berasal dari bisnis handset," kata Direktur Utama Tiphone Mobile Indonesia Tan Lie Pin selepas paparan publik, Kamis (21/5). Perempuan yang akrab disapa Lily ini menyatakan, perseroan mengandalkan penjualan voucher lantaran permintaan pasar lebih stabil ketimbang handset. Ditambah lagi, pada kuartal satu ini perseroan berhasil mengakuisisi distributor voucher isi ulang PT Simpatindo Multimedia (SMM). "Kami yakin, akuisisi ini menjadi katalis positif perusahaan untuk terus tumbuh. Hitungan kami, Simpatindo tahun ini bisa menyumbang penjualan Rp 4 triliun - 4,5 triliun," ungkapnya. Lily mengakui, sinergi dengan Telkom Grup semakin menguat. Tahun ini saja, perseroan mendapat proyek untuk membantu Telkomsel memigrasikan pelanggannya dari handset 2G ke 3G dan memanaged penyelenggaraan roadshow 4G Telkomsel di 7 kota. "Nanti akan ada tambahan beberapa kota lagi yang akan kami manage. Tentunya, semua itu sangat bergantung pada Telkomsel, kami tinggal mengikuti saja," jelasnya. Lily bercerita, keuntungan dengan masuknya perseroan di proyek ini adalah perseroan dipercaya menyediakan handset oleh Telkomsel. Sehingga, bagi vendor ponsel yang ingin membundling produknya dengan Telkomsel harus masuk lewar TELE. Sayang, dia enggan mengungkap berapa nilainya. Namun, hitungannya begini, saat ini tercatat ada 300.000 pelanggan 4G Telkomsel, sekitar 30% dari jumlah pelanggan itu berasal dari bundling handset dari TELE. Maka itu, manajemen menargetkan kontribusi penjualan handset sebanyak 30% itu mayoritas atau lebih dari 50% berasal dari bundling dengan Telkomsel. Dengan strategi ini, pihaknya tak risau meski tak ditunjuk sebagai distributor Iphone 6 dan Xiaomi. Menurutnya, kedua merk tersebut masih memiliki pangsa pasar yang kecil di Indonesia, yakni hanya 2%. "Strategi ini membuat kami optimis bisa mencapai pendapatan Rp 18 triliun dengan laba bersih sebanyak 2% dari pendapatan," ungkapnya. Asal tahu saja, sejak tahun lalu, perseroan telah bersinergi dengan Telkom Grup. Hal ini lantaran Telkom masuk ke perseroan lewat PINS Indonesia dengaan mengempit 25% kepemilikan sahamnya. Proyek sinergi perdananya adalah menyiapkan handset yang dibundling kartu Telkomsel sebagai kompensasi migrasi pelanggan Flexi ke Telkomsel. Lily bilang, tahun ini proyek tersebut masih berjalan. Harapannya, penyelesaian migrasi itu bisa kelar tahun ini. "Tahun ini kami juga diajak Telkomsel sebagai manage services di Grapari Telkomsel yang akan buka di Singapura. Tahun lalu, sudah masuk di Malaysia sebagai distributor kartu Telkomsel di sana," papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa