TELE bantah akuisisi Simpatindo menyalahi prosedur



JAKARTA. Manajemen PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) memastikan tidak ada yang salah dengan akuisisi PT Simpatindo Multi Media. Semua proses pengambilalihan sahamnya telah melalui prosedur yang sesuai dan murni karena latar belakang bisnis.

"Ini merupakan transaksi bisnis biasa sesama perusahaan swasta, tidak ada prosedur yang dilanggar," ujar Corporate Secretary TELE Samuel Kurniawan dalam keterangan resminya, Jumat (9/9).

Hal ini sekaligus membantah jika TELE mengambil keuntungan bisnis dari pencaplokan Simpatindo di mana dana akuisisinya berasal dari duit segar yang diperoleh dari penjualan 1,11 miliar atau 15% saham TELE ke PT PINS Indonesia, anak usaha Telkom. Dana segar yang diperoleh TELE dari divestasi ini sekitar Rp 1,39 triliun.


Dari sinilah isu mulai muncul. Sejumlah pihak menuding, transaksi tersebut terdapat unsur tindak pidana korupsi yang melibatkan TELE dan Simpatindo yang merupakan distributor voucher pulsa Telkomsel.

"Kami perusahaan publik, jadi setiap aksi korporasi yang kami lakukan itu dilakukan dengan transparan sesuai dengan undang-undang yang berlaku baik di pasar modal maupun Indonesia secara umum," tegas Samuel.

Asal tahu saja, TELE sebelumnya membeli waran milik Simpatindo pada kuartal I-2015 lalu. Adapun, harga pembelian waran tersebut US$ 32 juta dan total harga pelaksanaan waran untuk memperoleh 50.000 saham baru Simpatindo sebesar Rp 50 miliar. Transaksi tersebut bukan merupakan transaksi material sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Bapepam-LK No. IX.E.2  tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Utama.

Mengenai harga pengambilalihan tersebut, Semuel mengatakan bahwa hal itu telah ditetapkan melalui harga wajar dengan pertimbangan-pertimbangan bisnis dan valuasi yang disepakati kedua belah pihak.

Ia menambahkan, pengambilalihan saham Simpatindo tersebut juga terbukti telah meningkatkan kinerja Perseroan dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.

Pada semester I 2016, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 12,89 triliun atau naik 42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut sebagian besar disumbangkan dari pendapatan bisnis voucher yang memberikan kontribusi sekitar 78% dari pendapatan perseroan.

Selama enam bulan pertama 2016, Perseroan meraih pendapatan bersih dari segmen bisnis voucher dan kartu perdana sebesar Rp 10,01 triiliun atau naik 87,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Peningkatan  pendapatan tersebut merupakan dampak perluasan jaringan distribusi  yang dilakukan Perseroan, salah satunya melalui anak usaha Perseroan, yakni Simpatindo," tambah Semuel.

Pada semester I 2016, kontribusi pendapatan segmen voucher terhadap pendapatan bersih Perseroan mencapai 77%,  mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan 59% pada semester I tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie