TELE terus menggenjot ekspansi



JAKARTA. Kebutuhan masyarakat akan perangkat pendukung telekomukasi semakin tinggi. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) mencoba memanfaatkan kesempatan tersebut dengan terus memacu ekspansi.

Aksi paling anyar Tiphone adalah rencana mengakuisisi distributor ponsel Samsung area Jakarta yaitu Megafon. Perusahaan ini juga berniat mengakuisisi perusahaan distributor Samsung area Jawa Barat. Sementara, di lini usaha distributor voucer, TELE tengah berupaya mengakuisisi Simpatindo (distributor voucer Telkomsel), dan perusahaan distributor voucer XL.

Sejauh ini, TELE baru berhasil menyelesaikan akuisisi distributor iPhone yang berpartner dengan Telkomsel, PT Mitra Telekomunikasi Selular (MTS). Sekretaris Perusahaan TELE, Semuel Kurniawan, bilang, Megafon, dan perusahaan distributor Samsung di Jawa Barat sedang berjalan. Dia menargetkan, transaksi tersebut akan selesai di kuartal II tahun ini.


Namun, Semuel enggan menyebut nilai akuisisi tersebut. "Kami masih dalam proses tawar menawar," tutur dia. Jika kedua distributor tersebut sudah resmi terafiliasi dengan TELE, Semuel yakin, kontribusinya bakal maksimal terhadap kinerja perusahaan. Pasalnya, kedua distributor tersebut menguasai hampir separuh pangsa pasar Samsung di Indonesia.

Semuel bilang, perusahaan ini menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 15% di 2013. Dia yakin, target tersebut akan tercapai. Sebab, pemakaian voucer yang meningkat. Pada tahun lalu, pendapatan Tiphone Rp 8,19 triliun. Sekitar 90% berasal dari penjualan voucer. Sisanya dari penjualan ponsel, layanan purna jual dan konten.

Kontribusi voucer yang cukup besar membuat TELE masih akan menggantungkan di bisnis tersebut. Menurut Semuel, bisnis tersebut jadi masa depan TELE. Sebab, lebih efisien dan punya potensi margin lebih tinggi.

Bisnis voucer listrik

Tak puas bisnis voucer pulsa telepon yang ada sekarang. Tiphone juga merambah ke bisnis voucer listrik PLN. Ini merupakan salah satu model bisnis pra bayar yang akan diperbanyak TELE ke depannya. Dari bisnis ini, TELE mengincar fee based income sebagai pendapatan baru.

Semuel bilang, perusahaan sudah mulai mendistribusikan voucer PLN. Hanya saja, jumlahnya masih kecil. "Belum signifikan dibandingkan voucer pulsa," tutur dia. TELE mengincar 5% dari total pelanggan PLN sebanyak 44 juta pelanggan.

Samuel menambahkan, bisnis voucer listrik ini hasil kerjasama dengan payment point online bank (PPOB). Antara lain dengan Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan BNI. Semuel yakin, bisnis ini akan berhasil karena jaringan distribusi perusahaan sudah cukup luas meliputi Sumatera hingga Papua. Namun, di tahap awal, TELE akan fokus mengincar pasar di Jawa.

Agar makin cemerlang, Tiphone terus memperluas jangkauan pangsa pasar. "Kami terus menambah kantor cabang dan outlet secara konsisten," tutur Semual.

Saat IPO, TELE memiliki 61 kantor cabang, 74 outlet, 21 gerai halo, dan 44 own shop yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Hingga Desember 2012, jumlah kantor cabang bertambah menjadi 63 cabang. Jumlah outlet pun bertambah menjadi 146 outlet, sementara gerai halo/service center menjadi 92 unit.

Dana ekspansi jaringan sebagian dari hasil penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di awal tahun 2012. TELE tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 12 Januari 2012. Perusahaan ini melepas 1,35 miliar saham setara 25,23% dari modal disetor, dengan harga Rp 310 per saham. Dus, TELE meraup dana IPO Rp 418 miliar. Hingga akhir 2012, TELE telah memakai seluruh dana IPO.

Tiphone juga telah mengantongi fasilitas pinjaman sindikasi perbankan nasional Rp 500 miliar. Dana ini yang akan digunakan untuk akuisisi distributor ponsel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana