Telepon Putin, Erdogan Serukan Gencatan Senjata di Ukraina



KONTAN.CO.ID - ANKARA. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Minggu (27/3) berbicara secara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam kesempatan itu, Erdogan menyerukan adanya gencatan senjata demi memulihkan kondisi kemanusiaan di Ukraina.

"Erdogan mencatat pentingnya gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, pelaksanaan perdamaian dan peningkatan kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut," ungkap kantor kepresidenan Turki, seperti dikutip Reuters.

Melalui telepon itu juga, Putin dan Erdogan sepakat bahwa pembicaraan komite perdamaian antara Ukraina dan Rusia putaran berikutnya akan diadakan di Istanbul.


Baca Juga: Intelijen AS: Tingkat Kegagalan Peluncuran Rudal Rusia di Ukraina Mencapai 60%

Dipilihnya Turki sebagai lokasi perundingan juga sudah disinggung oleh utusan Ukraina, David Arakhamia, pada hari Minggu. Ia mengatakan pembicaraan tatap muka berikutnya akan berlangsung di Turki pada 28-30 Maret.

Anggota NATO yang dekat dengan Rusia

Turki, yang merupakan anggota NATO, memiliki hubungan baik dengan Rusia dan Ukraina dan telah berusaha untuk menengahi konflik yang telah berlangsung selama satu bulan.

Juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, pada hari Minggu mengatakan Turki dan negara-negara lain masih harus berbicara dengan Rusia untuk membantu mengakhiri perang di Ukraina. Ia juga menyebut Ukraina membutuhkan lebih banyak dukungan untuk mempertahankan diri.

Baca Juga: Rusia Diserang Inflasi dan Penurunan Nilai Mata Uang Selama Perang

Menurut Kalin, Turki memiliki tugas yang penting karena dekat dengan Rusia. Kedekatan itu bisa digunakan untuk melakukan pendekatan ke arah perdamaian.

"Jika semua orang membakar jembatan dengan Rusia, lalu siapa yang akan berbicara dengan mereka?," kata Kalin.

Secara umum, Turki mengatakan invasi Rusia tidak dapat diterima. Tetapi, pada prinsipnya mereka juga menentang serbuan sanksi negara Barat. Turki sampai saat ini tidak memberikan sanksi apapun terhadap Rusia.

Dilansir dari Reuters, ekonomi Turki sangat bergantung pada energi, perdagangan, dan pariwisata Rusia. Sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari, ribuan orang Rusia telah tiba di Turki. Turki dianggap sebagai tempat yang aman dari sanksi.