Teliti sebelum tanam dana di kebun



JAKARTA. Ingin memanen uang? PT Eksotik Aromatika, yang berpusat di Yogyakarta menawarkan skema investasi di perkebunan melalui situs www.kaplingkebun.com. Imbal hasil tetap yang dijanjikan Eksotik berkisar Rp 3 juta - Rp 5 juta per bulan. Iming-imingnya, return yang dibayarkan bisa berkembang dalam tahun berikutnya.

Perusahaan itu didirikan Ridwan Raharjo pada awal 2012 itu. Mereka yang berminat menjadi investor, diminta menyetor dana Rp 5 juta sebagai tanda jadi. Setelah itu, Anda akan ditunjukkan lokasi perkebunan.

Jika memang cocok, calon investor harus melunasi investasi yang ditawarkan, maksimal dalam tujuh hari setelah pembayaran uang tanda jadi. Namun jika tidak cocok dengan lokasi yang ditawarkan, tanda jadi akan dikembalikan secara utuh ke investor.


Eksotik mematok dana Rp 100 juta untuk membeli minimal satu kavling seluas 2.000 meter. Mengutip situs, lahan yang tersedia sekarang tinggal kavling yang seharga Rp 150 juta dan Rp 180 juta. Kavling tersebut terletak di Kalikatir dan Wonosalam, Mojokerto, Jawa Timur. Kavling itu akan ditanami gaharu, cengkeh dan nilam.

Lazimnya skema investasi di perkebunan, investor dijanjikan terbebas dari kepusingan mengelola. Eksotik akan mengatur, mulai dari penanaman hingga panen. Perusahaan itu pula yang akan mengelola hasil kebun sebagai komoditas yang siap dipasarkan, seperti minyak, serbuk, kayu atau bunga yang dijual.

Rencana Eksotik, kebun juga akan dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dalam waktu dua tahun. Ridwan percaya diri karena lokasi kebun tidak jauh dengan pusat perkebunan Wonosalam dan outbond Wonosalam Training Center. "Targetnya dua tahun sudah terealisasi. Tapi itu tergantung pada proses pengurusan izin," ujar dia. Agenda pengembangan lain adalah pembangunan pabrik.

Risiko gagal

Ridwan mengklaim, bisnis dijalankan oleh mereka yang kompeten. Proses kerjasama dan jual beli lahan ini juga ditandatangani notaris. Proses pengolahan lahan baru dimulai, jika urusan surat menyurat, pembebasan lahan, pembersihan dan pengairan, tuntas. Proses ini diperkirakan memakan waktu satu bulan.

Setelah itu, baru kegiatan penanaman serta produksi bisa bergulir. Ridwan menjelaskan, kedua pekerjaan itu memakan waktu hingga tujuh bulan. Jadi selama masa itu, investor belum akan mendapatkan hasil apa pun.

Menurut hitungan Ridwan, keuntungan yang diberikan berkisar Rp 3 juta – Rp 5 juta per bulan. Keuntungan itu bisa berlipat setelah tujuh tahun menjadi Rp 8 juta – Rp 10 juta per bulan. Kontrak perjanjian selama 12 tahun dan bisa diperpanjang. Kini, Eksotik, menurut Ridwan, memiliki 37 investor.

Hermanto Siregar, pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor, menilai, prospek tanaman kebun yang ditawarkan Eksotika memang bagus. Namun menurut dia, tanaman itu belum bisa menghasilkan dalam waktu tujuh bulan.

“Agak mencurigakan kalau menjanjikan untung dalam waktu tujuh bulan. Tidak akan ada hasil apa-apa dari pohon cengkeh, gaharu, serta nilam dalam waktu hanya tujuh bulan,” kata dia. Kecuali jika, ujar Hermanto, Eksotika sudah memiliki lahan dengan pohon yang menghasilkan.

Hermanto juga meragukan lokasi yang dipilih. Pasalnya, ketiga pohon yang disebut Eksotika cocok di dataran tinggi yang sejuk. Sedang Mojokerto cenderung panas.

Mohamad Husein Sawit, pengamat pertanian dari Universitas Gadjah Mada, menyarankan masyarakat tetap waspada. Dia mengingatkan ada risiko gagal panen yang sangat mungkin terjadi.

Karena itu, Hermanto menyarankan mereka yang berminat mengecek lokasi dan pengelola. Selain itu, memperhatikan prospek ekonomi. Dia menambahkan, mereka yang tertarik perlu berhati-hati karena skema investasi di agrobisnis juga pernah disodorkan PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR), pada 2002. Yang terjadi belakangan, pengelola QSAR justru menggelapkan dana investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana