Telkom Indonesia SIap Mencapai Emisi Nol di Tahun 2026 dengan Go Zero



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) membangun masa depan yang berkelanjutan melalui penerapan prinsip environmental, social, governance (ESG).  Senior Vice President Group Sustainability & Corporate Communication Telkom Indonesia Ahmad Reza mengungkapkan,  fokus Telkom adalah menciptakan nilai jangka panjang yang memberikan dampak positif bagi masyarakat serta lingkungan melalui solusi dan layanan inovatif.

Untuk membantu pemerintah mencapai emisi nol pada tahun 2060, Telkom Indonesia melakukan kampanye Go Zero.  Telkom saat ini fokus pada penurunan emisi gas rumah kaca scope 1 dan 2 dan juga melakukan manajemen limbah di pilar Our Planet.

"Sedangkan di pilar Our People, Telkom menerapkan keberagaman, kesetaraan dan inklusi.Terakhir di pilar Our Business Telkom fokus pada perlindungan data pribadi dan keamanan siber,” kata Reza, dalam keterangannya, saat diskusi Green Collabs, Kamis (28/11)


Reza menambahkan, ESG bukan hanya beban korporasi tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama. Karena itu, Telkom Indonesia melibatkan banyak pihak dalam menjalankan praktik ESG melalui kampanye Go Zero. “Mungkin sudah banyak yang paham dengan istilah efek gas rumah kaca. Saya hanya ingin menyampaikan, apa yang terjadi hari ini bukan kita dapatkan dari orang tua kita atau kakek kita tapi ini merupakan pinjaman dari anak cucu kita nanti. Kalau masalah ini tidak bisa diatasi maka dampaknya akan ditanggung oleh anak cucu kita,” jelas Reza.

Kebakaran hutan menyumbangkan emisi karbon paling tinggi di Indonesia. Menurut data Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), jumlah emisi karbon akibat hal tersebut mencapai 924.853 gigaton CO2 ekuivalen.

Baca Juga: Telkom (TLKM) Komitmen Wujudkan Penerapan ESG Lewat Program GoZero

Kepala Sub Kelompok Kerja Pengembangan Data Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Imam Setyo Hartanto mengungkapkan, Indonesia memiliki cadangan gambut yang sangat besar, mencapai 57 gigaton.  Cadangan gambut ini menjadi aset penting yang harus dijaga dengan baik untuk mencegah risiko kebakaran gambut. Kebakaran pada lahan gambut tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga melepaskan sejumlah besar karbon ke atmosfer, yang dapat memperparah pemanasan global.

Menurut dia, gambut memiliki kemampuan hingga 20 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan tropis biasa dalam menyerap karbon. Oleh karena itu, perlindungan dan pengelolaan gambut yang berkelanjutan menjadi kunci penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Untuk mencegah kebakaran gambut, Imam menyebutkan bahwa ada tiga langkah utama yang dilakukan. Tiga hal itu adalah rewetting, revegetasi dan revitalisasi. Upaya terpadu ini menjadi langkah strategis untuk menjaga ekosistem gambut yang kaya karbon, sekaligus mencegah dampak buruk yang ditimbulkan dari kerusakan lahan ini. “Rewetting atau membasahi lahan gambut kuncinya di tata air. Kalau gambut kering bisa mengeluarkan CO2 dan gas-gas lain yang mudah terbakar,” ujar Imam. Langkah penting lainnya adalah revitalisasi, yaitu upaya untuk meningkatkan dan memberdayakan perekonomian masyarakat di sekitar lahan gambut. Revitalisasi tidak hanya membantu menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat lokal.

 

Selanjutnya: Penyaluran Kredit Korporasi Meningkat, Perbankan Optimistis Target Tercapai

Menarik Dibaca: Garuda Indonesia Siap Implementasikan Kebijakan Penuruanan Harga Tiket Saat Nataru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian