JAKARTA. Selain akuisisi PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) juga menargetkan sudah menentukan mitra bisnis untuk mengelola bisnis menara PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). Manajemen TLKM menargetkan di kuartal III-2014, perseroan sudah bisa mengumumkan calon
partner nya. Sebenarnya, target awal perseroan, keputusan sudah keluar pada kuartal I-2014. Indra Utoyo, Direktur IT, Solution & Strategic Portofolio TLKM mengatakan, pihaknya perlu menyiapkan secara matang untuk merealisasikan rencana swap saham Mitratel dengan calon mitra.
Pasalnya, swap ini akan melibatkan aset-aset milik Telkomsel, yakni menara. Seperti diketahui, manajemen TLKM telah mengerucutkan pilihan untuk bermitra dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) atau PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). TLKM berniat melepas 49% saham Mitratel yang kemudian ditukar dengan saham salah satu dari dua perusahaan itu. Setelah itu, perseroan akan memindahkan sejumlah tower milik Telkomsel ke Mitratel. Hal ini dilakukan agar aset Mitratel menggemuk. Indra menyebut aksi itu sebagai unlocking asset Telkomsel. Jumlah tower Mitratel saat ini hanya 3.500 unit. Sedangkan, jumlah menara Telkomsel mencapai 14.000 unit. Indra mengaku belum tahu berapa total menara yang akan di unlock. Namun, ia memastikan hal itu akan dilakukan secara bertahap. Adanya
unlock menara itu berpotensi menyebabkan aset Telkomsel menyusut. "Nah, maka itu, yang bikin lama adalah bagaimana
securing (bisnis) Telkomsel nya," jelas dia kepada KONTAN, Kamis (22/5). Isu selanjutnya adalah, 35% saham Telkomsel dikempit oleh Singapore Telecomunications Limited (SingTel). Indra bilang, hingga saat ini, pihaknya masih melakukan pembicaraan yang intensif dengan SingTel terkait
unlock asset tersebut.
"Yang jelas, SingTel ingin interest-nya bisa diakomodasi, dan kepentingan Telkomsel juga bisa di
protect," imbuhnya. Ia tidak secara eksplisit mengatakan bahwa komunikasi dengan SingTel ini yang membuat proses swap Mitratel alot. Ia hanya menuturkan, proses tersebut harus sangat prudent agar tidak salah langkah. Adapun, opsi awal yang ditawarkan adalah
backdoor listing atau penawaran perdana saham (IPO). Terkait valuasi, Indra mengaku masih dalam pembicaraan. Sebagai gambaran, hingga kuartal I-2014, jumlah aset sebelum eliminasi Mitratel tercatat sebesar Rp 7,83 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan