Telkom makin gencar ekspansi ke luar negeri



JAKARTA.  PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) semakin gencar berekspansi ke luar negeri. Melalui anak usahanya, PT Telkom International (Telin), Telkom berniat memperbesar pendapatannya di mancanegara.

Arief Yahya, Direktur Utama Telkom Arief, berujar, setelah Telin resmi mengakuisisi Contact Centres Australia (CCA) akhir September kemarin, Telkom merambah pasar Selandia Baru. Itu berarti, di luar negeri Telkom sudah masuk di pasar delapan negara, yaitu Singapura, Hong Kong, Myanmar, Malaysia, Amerika Serikat, Timor Leste, Australia, dan Selandia Baru.

Arief menuturkan, Telkom tengah mematangkan rencana untuk merambah Makau dan Arab Saudi. Untuk Makau, ekspansi Telkom akan digawangi oleh Telin Hong Kong. Alasan Telkom untuk tidak membuat bendera baru di Makau adalah wilayah kepulauan itu yang tidak terlalu besar. "Kami pasti akan melakukan sinergi bisnis di luar negeri dengan yang ada di dalam negeri, dengan berbagai anak usaha lain di dalam Grup Telkom," ujar Arief, akhir pekan kemarin.


Dia mencontohkan, sinergi bisnis antara CCA yang baru diakuisisi Telin Australia, dengan Infomedia. Telkom memanfaatkan Infomedia sebagai kendaraan business process outsourcing (BPO) atau IT outsource. Jadi, saat menjalankan bisnisnya, Telin Australia tidak bisa sendirian. 

Nantinya, Infomedia bisa melatih beberapa tenaga call center agar bisa berbicara seperti orang Australia atau Selandia Baru. Konsekuensinya, mereka harus terbiasa dengan jam kerja yang persis sama dengan wilayah Australia. "Saat ini pasar BPO di Australia US$ 2 miliar. Dalam satu tahun pertama, mungkin kami bisa mendapat pangsa pasar 2%. Tapi di 2020 kami ingin kuasai 10%," ungkapnya.

Nah, supaya target bisnisnya tercapai, Telkom menyiapkan dua strategi bisnis, yaitu follow the people dan follow the money. Follow the people, maksudnya, Telkom akan masuk ke negara yang banyak penduduk Indonesianya, seperti negara kantung tenaga kerja Indonesia (TKI). 

Sementara follow the money berarti negara yang sudah memiliki pasar telekomunikasi yang matang. Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan posisi tawar Telkom di mata internasional.

Sedangkan untuk skema bisnis, Arief sudah mendesain dalam  tiga garis besar. Pertama, bisnis connectivity, Telkom bisa masuk sebagai provider, atau dengan skema MVNO (mobile virtual network operation). Kedua bisnis konten seperti menyediakan musik, berita, pengurusan visa, dan lain-lain. Ketiga bisnis commerce seperti remitansi dan beli pulsa.

Bidik perusahaan satelit

Arief berharap, dengan langkah ini, kontribusi bisnis Telin, yang tahun ini diprediksi baru 3% dari total pendapatan Telkom, bisa membesar jadi 5% di tahun depan.

Langkah bisnis lain Telkom di luar negeri adalah mengakuisisi perusahaan pemilik satelit yang berada di kawasan Asia Pasifik. Sayang, ia  belum  bisa menyebut nama perusahaan yang menjadi incaran serta prediksi nilai transaksi. "Saat ini baru due diligence. Belum bisa dibocorkan dulu. Kami inginnya bisa tahun ini, tapi bisa jadi tahun depan," ungkapnya.

Menurut Arief, perusahaan satelit yang menjadi incaran Telkom berada di Singapura dan Hong Kong. Alasannya, di kedua negara ini, terdapat banyak private equity yang memiliki perusahaan telekomunikasi dan Telkom juga memiliki kantor di sana.

"Potensi bisnis satelit di sana bagus karena harga sewa transponder lebih tinggi daripada harga di Indonesia. Sedangkan nilai investasi sama," ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto