Telkom (TLKM) Diproyeksi Moncer Tahun Depan, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) diproyeksi bakal bertumbuh pada tahun depan, didukung kebijakan pemerintah baru. Sementara tahun ini, TLKM diprediksi masih menghadapi tekanan. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta skeptis terhadap pertumbuhan laba emiten pelat merah ini di akhir tahun. 

Menurut dia, pada kuartal ketiga TLKM ada peluang pertumbuhan di sisi pendapatan. Namun untuk laba TLKM diperkirakan bakal mengalami tekanan, mengingat operating expenses perusahaan ini meningkat di kuartal I dan II. 


"Ditambah rugi investasi dari GOTO menjadi tantangan yang dihadapi TLKM, walaupun masih unrealized loss," ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (17/10). 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Unggulan dari Analis untuk Perdagangan Kamis (17/10)

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas pun memproyeksi untuk akhir tahun kinerja TLKM hanya akan menunjukkan pertumbuhan yang terbatas.

Mengenai kerugian investasinya di GOTO, Sukarno mengatakan jika mempertimbangkan pergerakan saham GOTO yang mengalami perbaikan dengan harga penutupan kuartal II di Rp 50 dan kini berada di Rp 67. 

Hal tersebut menunjukkan potensi rebound, terutama karena harga saham GOTO telah terdiskon signifikan. Tren perbaikan ini bisa mencerminkan sentimen yang lebih positif bagi TLKM.

Namun dari segi proyeksi pendapatan dan laba, tantangan tetap ada. Berdasarkan kinerja semester pertama 2024, pertumbuhan pendapatan TLKM hanya sekitar 2% YoY, sementara laba bersihnya turun -2,5% YoY. 

Jadi walaupun ada potensi penguatan harga saham, kinerja keuangan TLKM masih menghadapi tekanan, terutama di bottom line. 

Baca Juga: Simak Prospek Saham Big Cap yang Tertekan 10 Tahun Terakhir

Namun TLKM punya katalis positif untuk mendongkrak kinerjanya, yakni sentimen penurunan tren suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah dapat mengurangi beban pembiayaan bagi perusahaan, yang berpotensi meningkatkan margin keuntungan.

"Kemudian di akhir tahun, seperti biasanya aksi window dressing di pasar saham juga bisa menjadi peluang bagi penguatan harga saham TLKM," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (17/10). 

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Niko Margonis mengatakan kebijakan pemerintah baru seperti pengurangan pungutan CPO, program makanan gratis, dan pemeriksaan kesehatan akan bertindak sebagai katalisator pemulihan bagi emiten pelat merah ini. 

"Telkomsel berencana untuk memanfaatkan ini dengan menaikkan harga setelah pasar terbebas dari hambatan paket perdana baru-baru ini," jelas Niko dalam riset, (30/9).

Baca Juga: Saham PANI di Top 10 Market Cap, Intip Kinerja Pasar Saham Sebelum Buka Kamis (17/10)

Niko juga mencermati strategi Telkomsel untuk mengonsolidasikan penawaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sehingga pengguna akan lebih mudah mengontrol dan menyelaraskan penggunaan dengan pembayaran melalui berbagai moda akses internet, berpotensi meningkatkan daya saing perusahaan.

Apalagi TLKM merupakan pemain dominan di pasar, dengan pangsa 50% di mobile dan 60%-70% di fixed broadband subscription. Strategi tersebut berpotensi mengubah lanskap pasar. 

Perkiraan Niko, apabilah strategi tersebut berjalan sesuai target yakni pada akhir 2024. Maka akan berdampak positif pada daya saing Telkomsel, khususnya dalam meningkatkan average revenue per user (ARPU) dan average revenue per account (ARPA) mulai tahun 2025.

Sejalan dengan berbagai inisiatif tersebut, Telkomsel tengah fokus ntuk lebih efisien dalam pengeluaran modal dan meningkatkan kesehatan finansialnya.

Baca Juga: Performa Indeks IDX High Dividend 20 Positif, Begini Rekomendasi Sahamnya

Emiten telekomunikasi ini berupaya untuk menurunkan rasio belanja modal menjadi 17%-19% hingga 2028. Upaya tersebut dilakukan seiring dengan pelaksanaan program 5 Langkah Berani, yang mencakup penerapan penagihan tunggal dalam model bisnis Fixed Mobile Convergence (FMC). 

Tujuan dari penurunan rasio tersebut adalah untuk meningkatkan Free Cash Flow (FCF) perusahaan. Dengan demikian, harapannya peningkatan dividen bisa mulai terwujud pada tahun 2025-2026.

Untuk proyeksi pertumbuhan kinerja di akhir tahun 2024, BRI Danareksa memangkas proyeksi pertumbuhan pendapatan menjadi di bawah 2% dari sebelumnya 2,7% secara year-on-year. Adapun nilai pendapatannya diprediksi Rp 152,2 triliun, dan laba bersih TLKM diproyeksi Rp 23,3 triliun. 

Kemudian menurunkan ekspektasi margin EBITDA menjadi 50,6% dari 51,7%. Penurunan ini disebabkan oleh efisiensi dari sistem ERP yang diperkirakan baru akan terealisasi penuh di tahun depan. 

Baca Juga: Menadah Big Cap Saat Harga Murah

Sementara secara valuasi sahamnnya, Sukarno mengatakan bahwa harga TLKM saat ini tergolong undervalued karena di bawah rata-rata lima tahun. Sukarno tetap merekomendasikan buy dengan target harga Rp 3.400 per saham untuk TLKM. 

Begitupun Niko dari BRI Danareksa mempertahankan rekomendasi buy untuk TLKM dan target harganya Rp 4.250 per saham. Sebab Niko yakin terhadap potensi peningkatan pertumbuhan laba akan terlihat pada tahun 2024. 

Sementara Nafan merekomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp 3.700 per saham. 

Selanjutnya: Dana Kelolaan BPJS Ketenagakerjaan Tumbuh Dobel Digit per Kuartal III-2024

Menarik Dibaca: Daerah Ini Berpotensi Hujan Ringan, Cek Prakiraan Cuaca Besok (18/10) di Jawa Barat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati