Telkom (TLKM) menganggarkan capex 25% dari pendapatan tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memutuskan untuk menghentikan proses seleksi pengguna pita frekuensi jaringan 5G. Namun, penghentian tersebut tak sampai mengubah struktur belanja modal atau capital expenditure (capex) PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), salah satu emiten yang lolos seleksi pengembangan jaringan ini.

Secara konsolidasi, TLKM menganggarkan capex sebesar 25% dari target pendapatan tahun ini. Sebagian besar capex masih untuk pengembangan segmen mobile, khususnya 4G.

"Sebesar 30% hingga 40% dari capex kami alokasikan untuk pengembangan 4G dan sistem IT," terang Pujo Pramono, VP Corporate Communication Telkom kepada Kontan.co.id.


Telkom akan menggunakan sisa capex untuk sejumlah hal. Salah satunya untuk membangun jaringan akses, jaringan backbone, pembangunan data center, dan pengembangan bisnis menara. "Sebagian besar pendanaan capex tahun ini akan berasal dana internal, dan sisanya berasal dari pendanaan eksternal khususnya perbankan," kata Pujo.

Baca Juga: Perkembangan ekonomi digital membutuhkan kepastian hukum dan iklim investasi

Lee Young Jun, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi, pendapatan TLKM tahun ini sekitar Rp 143,94 triliun. Estimasi ini naik sekitar 6% dibanding perkiraan pendapatan tahun lalu, Rp 135,57 triliun.

Jika mengacu pada perkiraan pendapatan tersebut, maka capex TLKM tahun ini diperkirakan sekitar Rp 35,99 triliun, naik sekitar 6% dari capex tahun lalu dengan menggunakan asumsi pendapatan 2020 sebesar Rp 135,43 triliun. "Sejalan dengan perkiraan kami, TLKM tetap fokus pada ekspansi capex dan investasi 4G seiring dengan meningkatnya kebutuhan data di jaringan ini," ujar Lee dalam riset.

Menurut Lee, TLKM memiliki prospek yang menarik tahun ini. Permintaan data diperkirakan meningkat 18% dan 22% masing-masing untuk tahun ini dan tahun depan.

Baca Juga: IHSG anjlok 1,89% ke 6.140 pada Selasa (26/1), turun empat hari beruntun

Kue kenaikan permintaan tersebut memang masih harus dibagi dengan operator lain. Namun, pembatasan batas atas dan bawah tarif operator dalam omnibus law akan menguntungkan TLKM. "Jika pembatasan ini diberlakukan, pilihan untuk layanan brand premium dan non-premium menjadi lebih mudah," imbuh Lee.

Dia juga meyakini, daya beli masyarakat akan membaik setelah pandemi. Sehingga, operator termasuk TLKM bisa mulai mengurangi layanan data unlimited dan menaikkan tarif data. Paling cepat, kondisi ini baru akan terjadi mulai semester kedua tahun ini.

Lee mempertahankan rekomendasi buy saham TLKM dengan target harga Rp 5.100 per saham. Selasa (26/1), harga saham TLKM turun 3,26% ke Rp 3.260 per saham.

Baca Juga: Pemain Internet Rumah Saling Geber Paket Berkecepatan Tinggi dan Memperluas Jaringan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati