KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Temasek Holdings dikabarkan bakal mengambil alih mayoritas saham konglomerat Singapura Keppel Corp. Menurut artikel yang dimuat
Reuters, Senin (21/10) menyatakan bahwa Temasek sudah memiliki saham lebih dari 21% di Keppel sejak bulan Maret 2019 lalu, merujuk data Refinitiv. Mengenai hal tersebut, pihak Temasek dan Keppel belum memberikan pernyataan resmi. Sementara itu, artikel di
Business Times menyebut Temasek juga memberikan tawaran parisal untuk mencaplok seluruh saham anak perusahaan yang dimiliki Kyanite Investment Holdings untuk memperoleh tambahan 30,55% saham Keppel dengan harga S$ 7,35 per lembar saham.
Baca Juga: Perbankan Prancis tertekan akibat regulasi soal kredit macet Jika berjalan sesuai rencana, maka kesepakatan tersebut bakal menyentuh nilai investasi sebesar US$ 4,08 miliar. Artinya Temasek dan Kyanite bakal memegang hingga 51% saham Keppel. Sebelumnya, perusahaan investasi milik negara Singapura telah menyatakan bahwa Temasek berencana untuk mendaftarkan Keppel ke Bursa Singapura. Adapun, harga penawaran sebesar S$ 7,35 per saham untuk 554,9 juta saham merupakan harga premium dari harga perdagangan terakhir sebesar S$ 5,84 pada 18 Oktober 2019. Pun dibandingkan dengan rata-rata harga saham selama periode tiga bulan, harga tersebut juga masih lebih tinggi dari harga rata-rata saham sebesar S$ 6,07. Temasek menyatakan, tawaran tersebut merupakan peluang bagi pemegang saham untuk memonetisasi sebagian atau seluruh saham mereka di Keppel untuk meraih keuntungan. Di sisi lain Kyanite disebut-sebut akan melakukan kerjasama dengan Dewan Direksi Keppel untuk melakukan tinjauan strategis untuk menciptakan nilai lebih bagi seluruh pemegang saham. Pun, Kyanite diperkenankan untuk mengusulkan direksi baru ke dewan pengawas Keppel setelah penutupan penawaran, untuk memfasilitasi tinjauan strategis tersebut.
Baca Juga: UBS akan PHK karyawan di 30 jenis pekerjaan di Asia Pasifik Pekan lalu, Keppel sempat mengumumkan akan menambah tiga direktur independen baru ke kursi dewan direksi. Hal ini dilontarkan pasca perusahaan membukukan penurunan laba bersih pada kuartal III 2019 menjadi S$ 159 juta atau menurun 30% dari periode tahun sebelumnya S$ 227 juta.
Tahun ini memang menjadi periode sulit bagi Keppel lantaran belum adanya keuntungan dari divestasi pengembangan komersial di Beijing dan tingkat biaya bunga yang melambung. Kendati demikian, Kyanite tetap menyatakan pihaknya terbuka untuk semua kemungkinan yang muncul dari tinjauan strategis. Temasek di sisi lain mengisyaratkan agar Keppel melakukan fokus bisnis tertentu, atau melakukan aksi korporasi yang potensial. "Tawaran parsian mencerminkan pandangan kami bahwa ada nilai jangka panjang yang melekat dalam bisnis Keppel, terlepas dari tantangan dan prospek ekonomi saat ini," ujar Tan Chong Lee, Presiden Temasek International dan Direktur Kyanite.
Baca Juga: Mahathir: Malaysia terjebak di tengah perang dagang AS-China dan jadi sasaran sanksi Editor: Tendi Mahadi