JAKARTA. Harga tembaga kembali menguat setelah menyentuh penurunan mingguan terpanjang dalam enam tahun terakhir. Meski rebound, harga tembaga belum bebas dari tekanan. Mengutip Bloomberg, Jumat (30/1), kontrak pengiriman tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) di level US$ 5.495 per metrik ton. Harga ini naik 1,8% dibandingkan sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga tembaga menyusut 0,4%. Harga tembaga sempat jatuh menuju penurunan tujuh pekan, sebelum naik tipis. Ini adalah penurunan terpanjang selama lebih dari enam tahun terakhir. Pemicu koreksi ini adalah antisipasi pelaku pasar sebelum pengumuman data manufaktur Tiongkok, negara pengguna tembaga terbesar dunia.
Ibrahim, Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, menilai, tembaga diuntungkan data produk domestik bruto (PDB) AS di kuartal IV-2014 yang kurang menggembirakan, yakni tumbuh 2,6%. Ini lebih rendah ketimbang ekspektasi 3% dan di bawah kuartal sebelumnya sebesar 5%. “Kondisi ini menahan laju indeks dollar AS, sehingga mendorong harga tembaga,” ujar dia. Tapi sentimen negatif masih menghantui tembaga. Indeks manufaktur China di Januari mencapai 49,8. Ini lebih rendah dibanding konsensus sebesar 50,1. Indeks di bawah level 50 menandakan perekonomian Tiongkok belum kokoh. Data terakhir memperlihatkan, aktivitas industri di Negeri Panda tumbuh paling lambat sepanjang 2014. Di jangka pendek, ada kekhawatiran indikator ekonomi China melambat. "Sementara kami memiliki cukup pasokan, sehingga harga tetap lemah,” kata David Lennox, Analis Sumber Daya Fat Prophets di Sydney.