JAKARTA. Spekulasi bakal surutnya permintaan dari China mengikis harga tembaga. Data Bloomberg menunjukkan, tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME), pada Senin (20/01) pukul 17.00 WIB tergerus 0,4% menjadi $7.314 per metrik ton (MT).Padahal, sepekan terakhir, harga logam industri ini sempat naik 0,51%. Daniel Briesemann, analis Commerzbank AG seperti dilansir Bloomberg menyebut, tembaga menguat pekan lalu, karena ekspektasi ekonomi global bertumbuh. Data Asosiasi Tembaga menyebutkan, ada peningkatan aktivitas konstruksi di Amerika, yang menyebabkan permintaan tembaga naik 40%. Pekan lalu, Bank Dunia juga mengerek prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2%, dari prediksi sebelumnya, yakni 3%.Namun, kemarin, harganya tertekan setelah ada sinyal negatif dari industri China. Kantor Stastistik Nasional di Beijing melaporkan, produksi industri pada tahun lalu tumbuh 9,7%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 10%.Analis Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, sejak awal Januari, tembaga memang tidak banyak bergerak, karena rilis data-data ekonomi global pun tidak mengejutkan. Sekarang, tembaga cenderung melandai dan kembali ke level US$ 7.300-an per MT.Prediksinya, pekan ini, harga tembaga pun tidak akan bergerak banyak, karena sentimennya tidak banyak. Diperkirakan, pergerakan signifikan tembaga baru terjadi pada akhir Januari, sebab ada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan membahas pengurangan stimulus (tapering) AS.Menurutnya, kalaupun terjadi tapering, akan memberi tekanan pada harga tembaga hingga mencapai level 7.000-an. Tapi, di sisi lain, jika tapering jadi dilakukan, artinya, The Fed merasa yakin ekonomi AS membaik. "Ini bisa berdampak positif bagi ekonomi global, sehingga tembaga akan mendapatkan support dari outlook ekonomi tersebut," papar Wahyu.Sementara, secara teknikal, Wahyu bilang, stochastic masih berada di level 42, dan Relative Strength Index (RSI) masih di level 54. Ini menunjukkan pergerakan di tengah atau konsolidasi. Sedangkan harga masih di atas moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200, yang berarti ada potensi bullish. Moving Average Convergence Divergence (MACD) masih ada di area positif. Secara jangka pendek, harga tembaga masih bergerak negatif, cenderung konsolidasi. Tapi, untuk jangka panjang harga tembaga masih dalam tren naik.Adapun, dalam sepekan ini, Wahyu memprediksi, harga tembaga akan bergulir di kisaran US$ 7.200 - US$ 7.400 per MT.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tembaga terkikis isu surutnya permintaan
JAKARTA. Spekulasi bakal surutnya permintaan dari China mengikis harga tembaga. Data Bloomberg menunjukkan, tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME), pada Senin (20/01) pukul 17.00 WIB tergerus 0,4% menjadi $7.314 per metrik ton (MT).Padahal, sepekan terakhir, harga logam industri ini sempat naik 0,51%. Daniel Briesemann, analis Commerzbank AG seperti dilansir Bloomberg menyebut, tembaga menguat pekan lalu, karena ekspektasi ekonomi global bertumbuh. Data Asosiasi Tembaga menyebutkan, ada peningkatan aktivitas konstruksi di Amerika, yang menyebabkan permintaan tembaga naik 40%. Pekan lalu, Bank Dunia juga mengerek prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2%, dari prediksi sebelumnya, yakni 3%.Namun, kemarin, harganya tertekan setelah ada sinyal negatif dari industri China. Kantor Stastistik Nasional di Beijing melaporkan, produksi industri pada tahun lalu tumbuh 9,7%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 10%.Analis Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, sejak awal Januari, tembaga memang tidak banyak bergerak, karena rilis data-data ekonomi global pun tidak mengejutkan. Sekarang, tembaga cenderung melandai dan kembali ke level US$ 7.300-an per MT.Prediksinya, pekan ini, harga tembaga pun tidak akan bergerak banyak, karena sentimennya tidak banyak. Diperkirakan, pergerakan signifikan tembaga baru terjadi pada akhir Januari, sebab ada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan membahas pengurangan stimulus (tapering) AS.Menurutnya, kalaupun terjadi tapering, akan memberi tekanan pada harga tembaga hingga mencapai level 7.000-an. Tapi, di sisi lain, jika tapering jadi dilakukan, artinya, The Fed merasa yakin ekonomi AS membaik. "Ini bisa berdampak positif bagi ekonomi global, sehingga tembaga akan mendapatkan support dari outlook ekonomi tersebut," papar Wahyu.Sementara, secara teknikal, Wahyu bilang, stochastic masih berada di level 42, dan Relative Strength Index (RSI) masih di level 54. Ini menunjukkan pergerakan di tengah atau konsolidasi. Sedangkan harga masih di atas moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200, yang berarti ada potensi bullish. Moving Average Convergence Divergence (MACD) masih ada di area positif. Secara jangka pendek, harga tembaga masih bergerak negatif, cenderung konsolidasi. Tapi, untuk jangka panjang harga tembaga masih dalam tren naik.Adapun, dalam sepekan ini, Wahyu memprediksi, harga tembaga akan bergulir di kisaran US$ 7.200 - US$ 7.400 per MT.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News