KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah kembali menembus level terlemahnya di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah hari ini, Selasa (4/9) ditutup menembus level Rp 14.935 per dollar AS. Kurs mata uang Garuda diprediksi masih akan terus melemah seiring dengan banyaknya sentimen negatif yang ada. Ekonom Maybank Indonesia Juniman berpendapat, episentrum sentimen yang mempengaruhi pelemahan rupiah saat ini cukup banyak dan berpindah. Dari eksternal, ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserves pada bulan ini dan sentimen perang dagang antara AS dan China masih belum reda di tengah pasar.
"Sekarang tambah lagi tren pelemahan mata uang negara berkembang seperti Tukri, Venezuela, Argentina, dan baru-baru ini mata uang rial Iran," kata Juniman, Selasa (4/9). Kendati demikian, sentimen dari dalam negeri belum juga mampu menopang mata uang rupiah. Menurut Juniman, kebijakan yang pemerintah keluarkan sejauh ini dianggap investor belum cukup efektif untuk menstabilkan rupiah. Seperti yang diketahui, salah satu faktor tersbesar pelemahan rupiah adalah defisit transaksi berjalan atau
current account deficit (CAD) yang terus melebar. "Rupiah terus melemah karena sepertinya investor melihat kebijakan yang dikeluarkan pemerintah belum mampu mempersempit CAD," kata Juniman. Juniman bilang, kebijakan pemerintah sejauh ini bersifat jangka menengah hingga panjang. Misalnya, kebijakan penggunaan B20, kebijakan menambah ekspor, dan kebijakan menaikkan tarif pph impor untuk barang konsumsi yang akan diumumkan daftarnya besok, Rabu (5/9). "Kebijakan tarif pph impor terhadap barang konsumsi ini dipertanyakan, apakah efektif menurunkan tingkat impor? Soalnya, impor barang konsumsi hanya menyumbang sekitar 9% dari total impor. Yang paling besar adalah impor bahan baku 60% dan 29% impor barang modal," tutur Juniman. Menurut Juniman, investor tampaknya akan lebih yakin jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang realistis dan jangka pendek untuk mengurangi CAD. Ia menilai, impor pemerintah sebaiknya diutamakan seperti mengurangi impor bahan infrastruktur, impor pangan, dan impor bahan bakar minyak. Memang, menekan impor barang pemerintah akan sama dengan menunda proyek infrastruktur seperti pembangunan tenaga pembangkit listrik dan proyek konektivitas.
"Untuk menekan impor BBM, pemerintah mungkin sebaiknya menaikkan harga BBM, entah itu secara gradual atau
one-shot," kata Juniman. Melihat kondisi sentimen eksternal dan domestik saat ini, Juniman memproyeksi rupiah masih akan berada dalam tren pelemahan. Volatilitas pasar yang tinggi juga membuat rentang pergerakan rupiah cukup lebar. "Level resisten baru masih akan terus terbentuk. Sekarang, tergantung pada respons pemerintah selanjutnya," pungkasnya. Untuk besok, ia meprediksi rupiah masih akan berada di kisaran Rp 14.900 - Rp 15.000 per dollar AS Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia